panjikendari.com – Proyek bedah rumah di Kelurahan Wundumbatu, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, mengundang keluh dari warga penerima.
Pasalnya, program peningkatan kualitas rumah bagi masyarakat kurang mampu tersebut berjalan tidak sesuai harapan. Bantuan material yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan. Ditambah lagi material yang tersedia tidak sesuai dengan anggaran yang disediakan.
Kondisi itu dialami salah seorang warga penerima program bedah rumah di Jalan Permata, Kelurahan Wundumbatu, atas nama Wa Ira.
Istri mendiang almarhum La Ege itu mendapat bantuan material bedah rumah dari pemerintah. Sayangnya, bahan yang disalurkan tidak termasuk atap. Hanya material tertentu saja. Itupun kalau dikonversi dalam nilai rupiah, tidak mencapai nominal biaya yang disiapkan.
“Menurut konsultannya, anggarannya katanya antara 11 sampai 12 juta rupiah. Memang katanya secara keseluruhan 15 juta. Tapi dia sampaikan, yang terealisasi hanya antara 11 sampai 12 juta saja. Katanya begitu. Mungkin dipotong untuk pengurusan,” ungkap La Ida, putra dari Wa Ira, saat ditemui di lokasi, Kamis siang, 3 Januari 2018.
Saat ini, menurut La Ida, material yang ada berupa; kusen pintu 1 buah, jendela 2 buah. batu moramo 1 ret, pasir pohara 1 ret, batako 380 biji, papan tipis 75 lembar, balok ukuran 10 x 6 sebanyak 18 batang, balok ukuran 5 x 7 sebanyak 1/4 kubik, dan semen Bosowa 28 zak. Dari material yang ada, jika dikonversi dalam nilai rupiah, baru mencapai kurang lebih Rp 8 juta.
“Atap yang sangat kita butuhkan, itu tidak ada. Kita tanya sama konsultannya katanya tidak ada atap. Jangankan atap, paku saja kita sendiri yang beli,” sebut La Ida.
La Ida yang kesehariannya sebagai kuli bangunan bersama saudaranya sudah sepekan berkutat dengan pekerjaan menyelesaikan rumah orang tuanya yang terkena program bedah rumah.
Padahal, La Ida sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan untuk menghidupi anak dan istrinya serta ibunya.
Ibundanya sendiri, Wa Ira, untuk sementara diungsikan di kos-kosan demi kenyamanannya. Pasalnya, ibu paruh baya itu sedang mengidap penyakit asma akut. La Ida sendiri tinggal disamping rumah ibunya.
“Ibu kita amankan dulu di kos-kosan. Takutnya kalau kita kasih menginap di sini, berpengaruh dengan sakitnya. Soalnya kita membongkar total,” katanya.
Kembali ke soal pekerjaan bedah rumah yang terkendala atap. La Ida bersama keluarga dan tetangganya mengaku bingung dengan program bedah rumah tersebut. Pokok masalahnya; tidak ada atap. Atap lama yang dibongkar sudah tidak layak pakai. Bocor-bocor.
Atas masalah ini, La Ida bersama pamannya bernama La Ndoada, sudah menyambangi Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Kendari. Namun, menurut penuturan La Ida, pihak Dinas Sosial tidak tahu menahu dengan program bedah rumah itu.
“Kita diarahkan ke Dinas Sosial Provinsi (Sultra). Tapi disana kayak kita dipingpong. Kita tanya di bidang satu, disuruh ke bidang yang satu. Bidang yang satunya kita disuruh lagi ke bidang yang lain. Bingung kita. Tidak jelas,” kesalnya.
Menurut La Ida, orang yang mengaku konsultan program bedah rumah terkesan tertutup atau tidak transparan. “Kita tanyakan ini program dari mana, katanya program bedah rumah pak gubernur Ali Mazi,” tutur La Ida.
Hasil penelusuran jurnalis panjikendari.com, pekerjaan bedah rumah yang saat ini sedang berjalan merupakan proyek swakelola dari Pemerintah Provinsi Sultra yang dianggarkan melalui APBD-Perubahan Sultra tahun 2018.
Proyek ini sendiri dikelola dengan sistem kontrak antara Dinas PU Sultra dengan konsultan individu atas nama Arsyad. Saat dihubungi, Arsyad mengakui adanya proyek tersebut, termasuk salah satunya rumah milik Wa Ira.
Mengenai persoalan atap di rumah Wa Ira, Arsyad menjelaskan, jika berdasarkan pada hasil verifikasi awal, rumah Wa Ira tidak sampai pada pekerjaan atap. Hanya fondasi dan dinding semi permanen.
Hal itu menurut Arsyad, tertuang dalam surat pernyataan, termasuk kesediaan untuk dikerja secara swadaya. “Jadi, kita siapkan bahan sesuai hasil verifikasi awal. Makanya saya kaget lihat dibongkar total,” kata Arsyad.
Pada kesempatan itu, Arsyad mengaku bahwa sesuai pagu yang ada, total anggaran untuk setiap unit rumah mencapai Rp 15 juta, potong pajak PPh dan PPN sebesar 11,5 persen.
“Makanya saya sampaikan dari awal kalau material bahan yang diterima hanya berkisar 11 hingga 12 juta rupiah, karena dipotong pajak dan transportasi pengantaran bahan dari toko ke lokasi,” katanya.
Menyinggung mengenai bahan yang didrop baru senilai kurang lebih Rp 8 juta, Arsyad menyebutkan, masih ada sisa bahan yang akan menyusul diberikan kepada Wa Ira yaitu pasir satu ret, cat, daun pintu dan daun jendela.
Semua bahan yang disediakan, kata Arsyad, sudah diadakan/dibeli sejak awal berdasarkan kebutuhan saat diverifikasi, tidak termasuk atap.
Arsyad pun mengaku bahwa sisa bahan yang belum diantarkan tidak bisa diganti dengan atap karena semua bahan sudah disediakan atau dibeli sejak awal berdasarkan kebutuhan masing-masing rumah.
“Tinggal diantar saja. Soal atap, khusus di rumah Wa Ira, itu bukan tanggung jawab kami lagi,” tandasnya.
Penulis: Jumaddin Arif