Oleh: Muh. Fajar Hasan
Ketua Harian Jaringan Indonesia (Jari) Korwil Sulawesi Tenggara
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) akhirnya dilantik. Ia bernama Listyo Sigit Prabowo. Seorang perwira tinggi Polri berumur 51 tahun, yang lahir pada 5 Mei 1969.
Sebelumnya, secara prerogratif, Presiden Joko Widodo mengusulnya menjadi calon Kapolri, menyusul Jenderal Idham Aziz bakal memasuki masa purnabhakti pada 1 Februari 2021 mendatang.
Siapa Listyo adalah rekam jejaknya. Ia perwira berkarier moncer. Beberapa kasus besar ia pecahkan, yakni, insiden penyiraman air keras Novel Baswedan, kasus pembobolan kas bank BNI Cabang Kebayoran Baru dengan menyeret Maria Pauline Lumowa. Teranyar, ia menghentikan pelarian narapidana kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.
Indikasi selanjutnya bahwa Listyo adalah sosok yang tepat adalah bagaimana ia mampu merangkul semua golongan. Pengangkatan Kapolri kali ini tak segejolak pendahulunya. Listyo didukung oleh segenap entitas tokoh dan organisasi kemasyarakatan.
Prosedural, DPR RI telah mengujinya dalam fit and proper test. Beliau lolos syarat administratif, kompetensi, profesionalitas, dan komitmen dalam mengawal Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Ada hal menarik dari segenap ujian tersebut. Saat menjalani fit and proper test di DPR, Listyo memaparkan visinya untuk mewujudkan Polri yang Presisi. Konsep tersebut adalah sesuatu yang ditawarkan Listyo dalam menahkodai Polri kedepannya.
Apa itu Presisi?
Presisi adalah singkatan dari prediktif, responsibilitas, transparansi, berkeadilan.
Menurut Listyo, pendekatan ini bisa membuat pelayanan lebih terintegrasi, moderen, mudah, dan cepat. Hal ini tertuang dalam makalahnya berjudul “Transformasi Polri yang Presisi.”
Konsep ini hadir melalui penekanan pada upaya pendekatan pemolisian yang prediktif.
Tentunya, secara tujuan bisa membangun kejelasan dari setiap permasalahan keamanan dalam menciptakan keteraturan sosial di tengah masyarakat.
Sangat mudah membaca, bahwa apa yang ditawarkan Listyo adalah soal sigapnya preventif dalam penegakan hukum. Di dalamnya tentu ada kerja-kerja persuasif yang membutuhkan teknis berkomunikasi yang handal. Yah, tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Polri jadi hal yang wajib. Inilah esensi Presisi yang dimaksud.
Secara sederhana konsepsi ini menghantarkan Polri agar lebih tanggap dan dekat dengan masyarakat. Keadaan ini adalah gambaran positioning Polri yang ideal sebagai bentuk pelayanannya sembari berharmoni dengan entitas bangsa lainnya.
Bagi seorang Polri, aspek Prediktif adalah bagaimana pentingnya kemampuan pendekatan yang sigap menakar tingkat gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal ini lewat analisa berdasarkan pengetahuan, data, dan metode yang tepat.
Untuk menjaga penerapannya agar sesuai koridor hukum, beriringan dengan sisi Responsibilitas Polri. Apalagi kalau bukan rasa tanggung jawab. Patutlah diwujudkan dalam ucapan, sikap, dan perilaku dalam melaksanakan tugas. Hal ini tentunya untuk menjamin kepentingan dan harapan masyarakat dalam menciptakan keamanan.
Kemudian, yang tidak kalah pentingnya adalah Transparansi berkeadilan. Polri dalam pembaharuannya menerapkan sistem yang terbuka, akuntabel, humanis, dan tentu saja siap untuk diawasi. Skema ini menjamin kritik dan autokritik Polri yang konstruktif. Ruang tersebut patut dibuka agar Polri makin dipercaya oleh publik.
Apa yang dimaksud Transparansi berkeadilan ini adalah hal yang bersentuhan langsung dengan masayarakat. Sangat mudah dirasakan. Menjadi penting dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian agar dapat menjamin rasa keamanan dan rasa keadilan masyarakat. Apalagi yang dituju selain keadilan itu sendiri.
Konsep Presisi adalah iringan kemampuan Polri. Layaknya desain sebuah sistem yang bekerja saling mendukung. Jika satu hal tak terwujud, maka lainnya akan terganggu. Jadi, sebagai satu kesatuan, konsep Presisi adalah ibarat program pada sebuah komputer.
Harapan
Tak bisa ditampik ditinjau dari sepak terjang dan secara konseptual Listyo matang sejak dalam pemikiran. Ia adalah salah satu Putra Terbaik Polri yang waib didukung oleh segenap masyarakat. Dalam langkahnya mencuatkan bahwa Polri harus terus berbenah. Jelas memberi harapan bahwa ada sesuatu yang baru di tubuh Polri dalam kepemimpinannya. Sebuah progresivitas.
Last but not least, Kapolri baru bukanlah untuk internalnya, bukan untuk Polri saja. Namun lebih pada visinya untuk negeri ini, yakni terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap. Utamanya dalam rangka menunjang aktivitas perekonomian Negara.
Tantangan bangsa kedepan makin kuat. Globalisasi tidak datang sebagai optimisme belaka. Bersamaan dengannya banyak ancaman yang menggoyahkan keamanan negeri, kapan saja.
Bagaimanapun, Presisi adalah konsep yang tepat sepanjang didukung oleh SDM Polri yang kuat. Polri hanyalah alat, tujuannya adalah bagaimana menjaga keadilan itu tetap membumi di Bumi Pertiwi, seperti amanah butir kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita doakan, kita dukung dan kita jaga Polri. Selamat bertugas Kapolri baru! (**)