panjikendari.com – Dua tim penugasan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari siap bersaing pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun 2019 yang akan dilaksanakan di Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Tim PKM pertama berjudul; Persistensi dan Pematahan Dormansi Exogenous Benih Cabai Rawit Lokal Sultra Berbasis Bio-Invigorasi Benih. Tim pelaksana dalam program ini terdiri dari Jefi Saputra sebagai ketua tim, Riska Audina Amir dan Nur Mumin sebagai anggota.
Sedangkan PKM kedua berjudul; Induksi Ketahanan Layu Fusarium Penyebab Penyakit Moler pada Bawang Merah Lokal Wakatobi Berbasis Endo-Rhizo Bakteri. Ketua tim pelaksananya adalah Ambo Aco, anggota dua orang yaitu Safira Awaliyah Ramadhani dan Ridha Maulidya Adri. Dosen pembimbing kedua tim PKM tersebut adalah Prof Dr Ir Gusti Ayu Kade Sutariati MSi.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Fakultas Pertanian UHO Kendari, Dr La Ode Afa SP MSi, menjelaskan, untuk sampai lolos ke Pimnas, mahasiswa harus melalui empat tahap, mulai dari pra-proposal, penulisan proposal yang dajukan ke Kemenristekdikti. Lalu ada tahap pendanaan kemudian pelaksanaan kegiatan hingga proses monitoring dan evaluasi oleh Kemenristekdikti.
“Ada beberapa kelompok yang mengajukan proposal, namun yang lolos sampai pada tahap pendanaan hanya dua kelompok PKM,” terangnya.
Ia menyebutkan, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam tim penugasan PKM pertama menciptakan produk untuk mematahkan dormansi atau memperpendek masa perkecambahan cabai rawit lokal Sultra.
“Selama ini, masa perkecambahan cabai lokal Sulawesi Tenggara mencapai antara 4 hingga 6 minggu setelah panen. Berangkat dari masalah ini, mereka (mahasiswa, red) mencari sebuah solusi bagaimana memperpendek atau mempercepat perkecambahan,” terang La Ode Afa saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu, 10 Juli 2019.
Sedangkan tim PKM kedua, lanjut La Ode Afa, menciptakan produk yang dapat menginduksi ketahanan tanaman bawang merah lokal Wakatobi terhadap penyakit Moler.
“Produk-produk yang diciptakan ini nantinya akan direkomendasikan kepada para petani dalam rangka membantu meningkatkan hasil perkebunan,” katanya.
Mengenai program kegiatan yang dilakukan, Ketua Tim Pelaksana pada PKM pertama, Jefi Saputra, menjelaskan, untuk mematahkan dormansi cabai rawit lokal Sultra, pihaknya menggunakan teknik bioinvigorasi benih yang mengitegrasikan agen hayati (Bacillus sp CKD061 dan Pseudomonas sp TBT214) dengan matriconditioning atau bahan pembawa berupa serbuk bata merah dan serbuk arang sekam.
Dengan teknik tersebut, kata Wakil Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) Faperta UHO Kendari ini, dormansi cabai rawit lokal Sultra berhasil dipatahkan, dari 4-6 minggu menjadi 2 minggu.
“Jadi, produk kami itu namanya BioGo, biopestisida organik. Keunggulannya memperpendek dormansi tanaman hortikultura dan tanaman pangan, bukan saja cabai rawit. Keunggulan lainnya; meningkatkan ketersediaan unsur hara serta meningkatkan kualitas produksi tanaman,” terang Jefi Saputra.
Sedangkan pada tim PKM kedua, para mahasiswa mencari solusi ketahanan bawang merah lokal Wakatobi terhadap penyakit Moler.
Ketua Tim Pelaksana, Ambo Aco, menjelaskan, selama ini produksi bawang merah Wakatobi tidak optimal karena serangan penyakit Moler.
Penyakit ini, kata dia, diakibatkan oleh cendawan Fusarium oxysporum yang mampu menurunkan hasil hingga 50 persen hingga 100 persen pada musim penghujan.
Menjawab persoalan itu, tim PKM kedua menciptakan sebuah produk dengan teknologi ramah lingkungan, yaitu penggunaan agen hayati berupa rizobakteri dan mikroba endofit (SWR2 BO2 + Bacillus sp CKD061). Nama produknya yaitu Bio Erzoba, biopestisida cair.
“Tanaman bawang yang diberi perlakuan Bio Erzoba tampak lebih bagus pertumbuhannya dibanding dengan tanaman bawang yang tidak diberi perlakuan. Asumsinya, pertumbuhan bawang yang bagus akan menghasilkan produksi yang maksimal,” kata Ambo Aco.
Kedua tim PKM tersebut selanjutnya akan melaju ke Pimnas, sebuah forum kompetisi akademik untuk memaparkan kreativitasnya, bersaing dengan PKM lain dari berbagai universitas di Indonesia.
“Mereka memiliki peluang mengikuti Pimnas. Saat ini masih dalam tahap penyusunan laporan akhir kegiatan, sambil menunggu menuju ke Pimnas. Kita berharap, mereka dapat memberikan hasil yang terbaik demi nama baik fakultas dan nama baik universitas,” harap La Ode Afa. (jie)