Kendari, Panjikendari.com – Seorang gadis muda ditemukan meninggal dunia setelah diduga melakukan percobaan bunuh diri di Jembatan Teluk Kendari. Tim SAR gabungan berhasil menemukan jasad korban, Riski Nurul (19), pada Senin sore, 28 April 2025. Insiden ini menambah daftar potret pilu tentang generasi muda yang rentan terhadap tekanan hidup.
Peristiwa ini, tanpa mengaitkan langsung dengan motif tertentu, kembali menegaskan perlunya membangun ketahanan mental dan spiritual di kalangan generasi muda. La Ode Munafar, Founder Indonesia Tanpa Pacaran, menekankan bahwa anak-anak muda harus memiliki kesadaran bahwa hidup ini penuh dengan ujian, dan tujuan utama kita di dunia adalah untuk mencari ridha Allah.
“Hidup ini adalah perjalanan yang dipenuhi dengan cobaan. Kita berasal dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Karena itu, apa pun yang kita hadapi, harus dikembalikan pada tujuan utama: mencari ridha-Nya,” ujar La Ode Munafar.
Ia menambahkan, anak-anak harus diajarkan sejak dini untuk memahami bahwa ujian dan tantangan bukan alasan untuk menyerah, melainkan peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat iman. Dengan fondasi aqidah yang kuat, generasi muda akan lebih siap menghadapi berbagai tekanan hidup.
La Ode Munafar juga mengingatkan bahwa, meskipun dalam kasus ini belum dipastikan penyebab utamanya, apakah karena hubungan pacaran atau masalah lain. Namun, di banyak kasus lain, hubungan pacaran sering kali menjadi salah satu faktor yang membuat generasi muda kehilangan arah dan jatuh dalam keputusasaan.
Dalam Islam, pacaran tidak dibolehkan karena lebih banyak menimbulkan mudharat daripada manfaat. Pacaran membuka pintu terhadap berbagai pelanggaran syariat, seperti pergaulan bebas, zina hati, bahkan zina fisik, yang pada akhirnya membawa kerusakan mental, emosional, dan spiritual. Banyak remaja yang, karena hubungan yang tidak halal ini, akhirnya mengalami kekecewaan berat, putus asa, hingga merasa hidupnya kehilangan makna.
“Pacaran itu sering kali menjerumuskan anak-anak muda pada ilusi kebahagiaan sesaat. Ketika realita tidak sesuai harapan, banyak dari mereka yang tidak siap mental dan akhirnya mengambil keputusan fatal,” lanjut La Ode Munafar.
Menurutnya, solusi terbaik adalah menanamkan prinsip bahwa cinta sejati harus dijaga dalam koridor syariat, yaitu melalui pernikahan yang sah. Dengan begitu, generasi muda tidak hanya menjaga kehormatan diri, tetapi juga menjaga kesehatan mental dan tujuan hidup mereka tetap terarah untuk mencari ridha Allah.
Bagi Munafar, kejadian di Jembatan Teluk Kendari menjadi satu dari sekian banyak potret kehidupan generasi muda yang gampang menyerah saat menghadapi ujian. “Ini menjadi peringatan bahwa membangun ketahanan mental dan spiritual sangat penting dalam membimbing anak-anak muda kita,” ujar Munafar.
Mereka, kata dia, harus diajarkan bahwa hidup tidak selalu mudah, tetapi dengan iman yang kokoh, kesabaran, dan kesadaran untuk kembali kepada Allah, setiap ujian dapat dilewati dengan tegar. Pendidikan akidah dan nilai-nilai Islam harus terus ditanamkan agar generasi penerus bangsa mampu menjalani kehidupan yang lebih kuat, sabar, dan penuh harapan.
Ia mengajak para orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bersama-sama menanamkan pemahaman ini kepada anak-anak sejak dini. Pendidikan akidah yang kuat, penguatan nilai-nilai sabar, syukur, dan tawakal kepada Allah menjadi bekal penting agar generasi muda siap menghadapi berbagai dinamika kehidupan. (*)