panjikendari.com – Peternak sapi di Sulawesi Tenggara harus lebih ekstra mengawasi tumbuh kembang ternaknya. Pasalnya, saat ini penyakit Brucellosis, kembali menghantui peternakan sapi. Hal itu diketahui dari hasil pemantauan penyebaran hama penyakit hewan karantina (HPHK) oleh Karantina Pertanian Kendari. Instansi itu masih menemukan adanya penyakit tersebut di tubuh sapi.
Brucellosis merupakan penyakit yang menyebabkan keguguran pada sapi. Penyakit ini merupakan ancaman serius jumlah populasi sapi, termasuk di Sulawesi Tenggara (Sultra). Sultra sendiri dikenal sebagai daerah yang memiliki populasi sapi Bali yang cukup besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan daging lokal, sapi asal Sultra juga sering diseberangkan ke Sulawesi Selatan dan Kalimantan.
“Kita targetkan di tahun 2025 Sultra bebas dari brucellosis,” ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra, Ir. Suryati Raeba, MP, saat membuka acara seminar lokal hasil pemantauan HPHK, Selasa, 27 Agustus 2019.
Di tempat yang sama, Kepala Karantina Pertanian Kendari, L.M Mastari dalam sambutannya mengungkapkan, selain brucellosis, ada beberapa HPHK yang masih ditemukan dari hasil pemantauan pihaknya di lapangan. “Temuan ini akan dibawa ke seminar nasional untuk verifikasi lebih lanjut,” terangnya.
Mastari juga menyoroti posisi Sultra yang terbuka, sehingga rentan terhadap masuk, keluar dan menyebarnya HPHK. Banyaknya pintu-pintu pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan oleh Pemerintah juga tetap harus diawasi. Mastari mengharakan adanya kerjasama dari seluruh stakeholder peternakan untuk mitigasi penyebaran HPHK.
Seminar yang diselenggarakan oleh Karantina Pertanian Kendari ini dihadiri dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/Kota se-Sultra, akademisi dari Universitas Halu Oleo dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Sultra. (fya)