Panjikendari.com – Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) kian meluas. Di Sulawesi Tenggara, angka kasus Covid-19 terus meningkat, tak terkecuali di Kabupaten Muna.
Data tim gugus tugas Covid-19 Kabupaten Muna per tanggal 19 April 2020, sudah 7 orang warga Kabupaten Muna yang dinyatakan positif.
Hal ini membuat berbagai pihak menaruh perhatian serius agar wabah mematikan itu tidak menyebar luas dan memakan korban lebih banyak.
Sehubungan dengan adanya kasus Covid-19 di Kabupaten Muna, salah seorang pemuda asal Kabupaten Muna, Adhyanti, S.Gz. M.Si, menulis surat terbuka, ditujukan kepada Bupati Muna dan Bupati Muna Barat.
Adhyanti diketahui sebagai salah seorang tenaga pengajar atau dosen di Poltekkes Kemenkes Palu.
Surat Terbuka yang ditulisnya berisi saran dan masukan kepada dua pemerintahan di Tanah Muna dalam mencegah dan menangani pandemi Covid-19.
Surat itu tersebar di media sosial. Berikut kutipan lengkap surat terbuka tersebut:
SURAT TERBUKA
Yth.
1. Bupati Muna
2. Bupati Muna Barat
Assalamualaikum wr.wb.
Semoga kesehatan dan keselamatan selalu menyertai kita semua.
Sore ini Minggu 19 April 2020 sekira pukul 17.57 WITA saya mendapat kabar bahwa dari penambahan 9 kasus baru positif covid-19 di Sultra, 7 diantaranya adalah asal Kab. Muna. Yang artinya per hari ini Pulau Muna pecah telur, bahwa virus berbahaya ini benar-benar telah masuk. Nyata telah ada, bukan lagi sebatas kekhawatiran. Nyata, senyata-nyata nya. Kabupaten Muna bahkan menjadi urutan ke-2 jumlah kasus positif terbanyak di Sultra setelah Kota Kendari yang punya jumlah kasus positif sebanyak 23 orang. Hati ini sedih. Khawatir. Gundah, gulana. Mungkin bukan saja hati saya, juga mungkin seluruh hati masyarakat Pulau Muna yang sudah tahu kabar positif corona di Tanah Barakati.
Bapak-bapak Bupati yang saya hormati.
Kata para ahli, virus ini adalah virus yang menyebar dari orang ke orang. Kalau orang yang terinfeksi berpindah maka sudah pasti juga virusnya ikut berpindah. Sebenarnya kita bisa cegah penyebaran nya dengan menjaga orang-orang agar tidak ikut berpindah atau melakukan perjalanan.
Sayangnya adalah sampai detik ini arus orang keluar-masuk Pulau Muna masih terus terjadi. Para pelaku perjalanan ini tidak bisa kita identifikasi jelas apakah sudah tertular atau belum. Banyak kasus yang telah dilaporkan bahwa beberapa orang tanpa gejala (OTG) telah menularkan virus ini ke orang lain. Oleh karena itu Bapak-Bapak Bupati, pengetatan pengawasan dan pembatasan orang keluar-masuk Pulau Muna harus sudah super sangat ketat. Tidak boleh longgar dan lengah sedikit saja. Karena jika sedikit saja kecolongan seperti saat ini, maka fatal sekali dampaknya nanti. Jumlah kasus bisa akan meledak dalam beberapa hari ke depan.
Bapak-Bapak Bupati yang saya hormati…
Ada beberapa pintu keluar-masuk orang di Pulau Muna: pelabuhan Nusantara Raha (Kab. Muna), Ferry Tampo (Kab. Muna), Ferry Wamengkoli (Kab. Buton Tengah), dan Bandara Sugimanuru Kusambi (Kab. Muna Barat). Harusnya pintu-pintu itu sudah dijaga super ketat. Bahkan semua penumpang yang datang terutama dari Kendari (via pelabuhan Raha dan Tampo) serta Makassar (via Bandara Sugimanuru dan Bau-Bau) harus langsung dikarantina terpusat. Mengapa? Karena Kota Kendari dan Makassar telah menjadi daerah penyebaran dengan transmisi lokal atau menular dari dan ke sesama orang-orang dalam daerah tersebut.
Metode karantina mereka para pelaku perjalanan ini harus terpusat. Harus diawasi secara ketat oleh petugas, karena banyak diantara mereka yang kapatuli (kepatuhan rendah/keras kepala) dengan beragam alasan. Mereka harus dijemput di pelabuhan/bandara, langsung dibawa ke lokasi karantina terpusat sebelum berinteraksi dengan keluarga nya. Mereka tidak boleh dibiarkan pulang ke rumah nya sebelum menjalani karantina terpusat selama 14 hari.
Agar beban karantina terpusatnya lebih ringan maka bisa dibuat di tingkat kecamatan/gabungan beberapa kecamatan. Pengawasan nya bisa dilakukan Polsek/Koramil, Puskemas, dan Camat/Aparat Desa, serta relawan. Lokasi karantina nya bisa memanfaatkan gedung sekolah/gedung pemerintahan yang lain. Kebutuhan makanan dan logistik lainnya bisa dipenuhi dari APBD yang sudah di-realokasi tersebut, dana desa, ataupun bisa sharing dengan para keluarga pelaku perjalanan tersebut untuk turut membantu menyiapkan kebutuhan, terutama makanan selama karantina terpusat.
Karena sudah ada kasus Positif Corona, yang perlu dikarantina terpusat bukan saja para pelaku perjalanan, tapi juga orang-orang yang pernah kontak dengan para pasien positif saat ini. Sekali lagi, jangan membiarkan atau memberi kesempatan mereka karantina mandiri di rumah. Mengapa? Karena profil masyarakat kita memang tidak disiplin jika tak diawasi. Juga, bila karantina mandiri di rumah masing-masing maka belum tentu mereka terampil dalam membatasi interaksi diri dan peralatan kebutuhan dirinya (kamar, alat makan, alat mandi, WC/toilet) dengan orang lain di dalam keluarganya. Tidak efektif jika karantina mandiri. Lebih baik karantina terpusat, sebelum jumlah kasus membesar, karena jika sudah terlanjur membesar maka biaya nya tentu lebih banyak lagi dan tidak efisien.
Bapak-bapak Bupati yang Terhormat…
Hal penting lain adalah kebutuhan akan transparansi data yang cepat dan akurat. Para ahli sudah banyak yang menyampaikan, untuk mempercepat pengendalian pandemik ini mensyaratkan keterbukaan data yang cepat dan akurat. Masyarakat perlu diberikan update perkembangan dari hari ke hari secara kontinyu, konsisten. Masyarakat butuh informasi pemetaan sebaran kasus ODP, PDP, Pasien Positif, OTG pada tingkat serendah-rendahnya adalah kecamatan. Jika perlu hingga sebaran tingkat desa/kelurahan agar kewaspadaan dan kesadaran masyarakat bisa lebih baik.
Bapak-Bapak Bupati yang terhormat…
Jangan lupa perhatikan keselamatan para tenaga kesehatan kita. Bekali mereka dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai sesuai standar dan jumlah yang cukup. Bukan saja mereka yang di rumah sakit, namun juga mereka yang di puskesmas-puskesmas dan para relawan tenaga lapangan yang berinteraksi langsung dengan para ODP, OTG, apalagi PDP atau positif covid-19. Jika keuangan daerah cukup, insentif untuk mereka akan sangat menyenangkan. Namun jika APD saja masih kurang, insentif tiada guna karena bagi kami keluarganya keselamatan jiwa mereka adalah hal terpenting di atas segalanya.
Bapak-bapak Bupati yang terhormat…
Terakhir yang ingin saya sampaikan. Hentikan lah dahulu persaingan politik kalian. Ini saatnya kalian duduk bersama, bahu membahu menyelamatkan tanah ini, pulau ini, pulau Muna. Jika umur panjang, kalian akan kami kenang dengan segala kebaikan. Berhasil melebur ego politik tahta demi menyelamatkan umat manusia. Namun jika tidak, maka kalian akan kami kenang sebagai penghianat politik karena sejatinya politik adalah untuk kemaslahatan umat.
Semoga wabah ini segera berakhir. Wassalam
19 April 2020
Adhyanti, S.Gz. M.Si