Oleh: Surachman
(Kordinator Media Center Pembangunan Kabupaten Muna Barat)
Tak terasa saat ini kita memasuki hari hari terakhir dipenghujung tahun 2019, tersisa waktu 3 hari lagi kalender penanggalan masehi akan berganti tahun menjadi tahun 2020. Waktu yang bergerak secara terus menerus menandai adanya perubahan yang bergerak secara dinamis ataupun linear dengan kondisi kita masing-masing tak terkecuali dengan kondisi kemajuan pembangunan di Muna Barat dari waktu ke waktu.
Bagi kita yang mengikuti gerak perubahan Muna Barat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir sejak awal periode kepemimpinan La Ode M. Rajiun Tumada dan Achmad Lamani selaku Bupati dan Wakil Bupati Muna Barat pada medio 2017 sampai dengan saat ini maka satu kata perubahan yang paling sesuai menggambarkan itu adalah “signifikan”. Signifikan sebagai suatu kata mengandung makna bahwa langkah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam program kerja tahunan telah berhasil membawa perubahan yang signifikan bagi kondisi Muna Barat saat ini.
Perubahan yang signifikan ini tentunya didasari oleh beberapa indikator-indikator utama yang berkaitan dengan kondisi pembangunan Muna Barat selama 2 (dua) tahun terakhir. Indikator-indikator tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 64.11
Nilai ini meningkat 0.68 poin dari perolehan pada Tahun 2017 sebesar 63.43. IPM disusun dari empat indikator yaitu usia harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan.
Pada tahun 2018, usia harapan hidup penduduk Kabupaten Muna Barat sebesar 69,97 tahun, harapan lama sekolah 12,13 tahun, rata-rata lama sekolah 6,76 tahun dan pengeluaran per kapita per tahun sebesar Rp7.405 juta.
Adanya kenaikan indeks pembangunan manusia ini secara sederhana dapat diartikan bahwa paket formulasi kebijakan disektor-sektor yang menjadi faktor pembentuk komponen IPM ini yaitu sektor pendidikan, kesehatan dan pembangunan ekonomi memiliki daya ungkit positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat Muna Barat.
2. Nilai Gini Ratio pada tahun 2018 sebesar 0.4
Nilai Gini Ratio sebesar 0.4 artinya berada pada kategori ketimpangan rendah. Secara sederhana dapat diartikan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh masyarakat Muna Barat tidak terlampau jauh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama.
Adanya pembangunan infrastruktur yang massif di Muna Barat dapat menjadi salah satu penyebab adanya kenaikan pendapatan masyarakat karena sektor infrastruktur dapat menyedot tenaga kerja sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Angka Kemiskinan secara Konsisten Terus Menurun sejak Tahun 2017
Penduduk miskin Muna Barat turun dari 12,89 ribu jiwa pada tahun 2017, menjadi 11,39 ribu jiwa pada tahun
2018. Ini menunjukan bahwa pemerintah berhasil memformulasikan beberapa paket kebijakan yang secara signifikan berdampak pada adanya perbaikan taraf hidup masyarakat.
4. Produksi Hasil Pertanian Meningkat
Produksi hasil pertanian masyarakat meningkat khususnya Padi dan Jagung. Produksi padi meningkat 7% dibanding pada tahun 2017 yang hanya mencapai 3.367 ton. Pada tahun 2018 produksi padi mencapai 3.603 ton.
Adanya kenaikan produksi ini diakibatkan oleh semakin membaiknya kinerja jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Kabupaten Muna Barat sehingga masyarakat petani sawah memperluas cakupan areal sawah garapan masing-masing.
Untuk komoditi jagung juga mengalami kenaikan signifikan. Untuk produksi jagung tahun 2018 berjumlah 20.221 ton naik 24,75 persen dibanding tahun 2017 berjumlah 16.209 ton. Produksi jagung Muna Barat ini menyumbang 9,12% produksi jagung Provinsi Sulawesi Tenggara.
5. Produksi Sektor Perikanan Juga Meningkat
Produksi sektor perikanan juga mengalami peningkatan dan menyumbang proporsi terbesar kedua dalam ekonomi Muna Barat. Sektor perikanan menyumbangkan sekitar 19,17 persen terhadap PDRB Muna barat. Angka ini juga menempatkan perikanan sebagai sektor kontributor terbesar kedua setelah konstruksi dalam perekomian Muna Barat.
Produksi perikanan di Muna Barat terus naik dari 9.313,52 ton (2017) menjadi 10.982 ton (2018).
6. Pertumbuhan Ekonomi Menunjukan Trend Positif dari Tahun ke Tahun
Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Muna Barat mencapai 5,31% dan pada Tahun 2018 mengalami peningkatan signifikan menjadi 6,63% yang melampaui dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang hanya sebesar 6,42%.
Kondisi ini menunjukkan adanya perubahan nilai tambah terhadap pendayagunaan setiap sumber daya/sektor bagi pendapatan masyarakat Muna Barat.
7. Pengelolaan Keuangan
Pada sektor pengelolaan keuangan daerah Muna Barat dalam kurun waktu sampai saat ini telah berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara berturut turut sebanyak 3 kali. Ini menunjukan bahwa praktek pengelolaan anggaran telah dilaksanakan dan dipertangungjawabkan dalam laporan keuangan sesuai standar akuntansi pemerintahan.
8. Dari DOB Menjadi Daerah Otomom
Muna Barat telah berhasil keluar dari status Daerah Otonom Baru (DOB) menjadi daerah otonom berdasarkan hasil evaluasi kementerian dalam negeri. Ini juga menunjukan bahwa segenap kebijakan Pemda Muna Barat sejak berdirinya pada Tahun 2014 sampai saat ini telah berhasil membawa perubahan bagi Muna Barat sehingga Muna Barat dianggap mampu untuk berotonomi sepenuhnya sebagai kabupaten.
9. Banjir Prestasi
Penghargaan demi penghargaan level nasional yang diraih oleh Muna Barat pada tahun ini mulai dari Kabupaten pengelola APBD terbaik ke-6, meraih penghargaan Dwija Praja Nugraha di sektor pendidikan dan penghargaan di sektor pertanian/perkebunan semakin mengukuhkan kisah sukses duet La Ode M. Rajiun Tumada dan Akhmad Lamani dalam menakhodai Muna Barat.
Beberapa indikator-indikator diatas menjadi catatan singkat atas kisah panjang suksesnya pasangan Rahmatnya Muna Barat ini dalam membangun Muna Barat sebagai kabupaten yang pantas diperhitungkan dalam skala regional Sulawesi Tenggara bahkan dalam skala nasional. (**)