
Oleh: Surachman
(Koordinator Media Center Pembangunan Kabupaten Muna Barat)
Bagi orang Muna kelor adalah salah satu local wisdom yang terus dipelihara dari generasi ke generasi. Kelor memiliki peran penting dalam memenuhi sumber nutrisi tubuh.
Tak heran hampir disebagian besar lahan masyarakat muna jamak terlihat adanya tumbuhan kelor yang ditanam secara sengaja. Bagi orang Muna tak ada kelor seolah tak menegaskan ke-Muna-an seseorang.
Ada cara yang dianggap unik bahwa untuk mengidentifikasi seseorang sebagai orang Muna ketika di luar daerah maka cek saja pekarangan rumahnya jika pada pekarangan rumahnya terdapat tumbuhan kelor maka dapat dipastikan ada orang Muna di situ.
Kelor atau bhanggai (dalam bahasa Muna) sebagai sumber nutrisi telah berkembang dalam waktu yang lama. Tak ada catatan resmi kapan tumbuhan ini mulai berkembang di jazirah Muna. Apakah kelor adalah tumbuhan asli Pulau Muna ataukah tanaman yang sengaja dibawa oleh para pendatang yang berkunjung ke Pulau Muna masa lalu.
Ada catatan referensi yang menyebutkan bahwa tanaman kelor berasal dari India Utara yang telah digunakan sebagai pengobatan tradisional selama ribuan tahun. Daun dengan nama ilmiah moringa oleifera ini dikenal kaya akan antioksidan, asam amino, vitamin, dan mineral.
Daerah-daerah lain di Indonesia kelor diberi nama berbeda. Tanaman kelor dengan berbagai nama misalnya Murong (Aceh), Merunggai (Melayu), Kilor (Maluku), Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo), Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima), dan Hau fo (Timor). Namun di Muna kelor disebut “Bhanggai“.
Penamaan bhanggai ini apakah diadopsi dari bahasa melayu (merunggai) atau madura (marangghi), entalahlah. Butuh penelusuran khusus untuk mengetahui asal usul penamaan bhanggai pada kelor oleh orang Muna.
Namun demikian kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas karunia tanaman ini sehingga dapat tumbuh dan berkembang di Muna. Sehingga secara turun temurun kita dapat merasakan manfaat dari tanaman bhanggai (kelor) ini.
Banyak riset telah menyebutkan manfaat kelor yang sangat banyak bagi kesehatan. Tak heran WHO menyebut tanaman ini sebagai “miracle tree” karena kandungan nutrisinya yang cukup tinggi sehingga menjadikan kelor memiliki sifat fungsional bagi kesehatan serta dapat mengatasi kekurangan nutrisi.
Kelor (bhanggai) telah hadir sekian lama dalam tradisi kuliner orang Muna (mieno wuna) dan telah dirasakan banyak manfaatnya maka sudah sepatutnya ada gerakan yang lebih strategis untuk memassifkan penggunaan kelor sebagai makanan wajib khususnya yang berkaitan dengan upaya mengatasi kekurangan nutrisi dan memperkuat imun tubuh masyarakat.
Kita tak perlu merogok kocek terlalu dalam untuk mendatangkan obat khusus untuk itu. Cukup kita memassifkan gerakan makan kelor (bhanggai) khususnya bagi generasi millenial yang terbiasa dengan pola makan fast food. Sudah saatnya kita kembali pada kearifan lokal dengan memperbanyak megkonsumsi tanaman ini. (**)