panjikendari.com – “Gempa,,gempa,,gempa,,!!Telah terjadi gempa di Kota Kendari berkekuatan 5,0 skala richter (SR) dengan kedalaman 23 meter di bagian selatan Kendari,” begitu penyampaian, Instruktur Basarnas Kendari, AM Akbar, melalui megaphone, saat mengawali simulasi penanggulangan dampak gempa bumi di Kantor BI Kendari, Jumat, 19 Oktober 2018.
Penyampaian itu diikuti dengan bunyi alarm kantor BI yang menandakan simulasi evakuasi gempa dimulai.
Tampak sejumlah karyawan BI berlari berhamburan keluar gedung melewati dua jalur; pintu depan dan belakang kantor. Ada yang keluar dengan membawa benda-benda inventarisasi kantor untuk sekedar melindungi kepala dari benda-benda jatuh.
Seluruh karyawan kemudian dikumpul di halaman kantor untuk pengecekkan jumlah. Diketahui, dari semua yang terkumpul, ada enam orang yang jadi korban. Keenamnya terjebak dalam gedung. Salah satunya pimpinan BI.
Setelah dilakukan pengecekan karyawan dan diketahui ada yang terjebak, personel pengamanan BI langsung masuk ke dalam kantor untuk mengevakuasi enam korban tersebut. Namun sebelumnya, pihak Basarnas telah melakukan briefing tentang teknik evakuasi korban.
Pada simulasi pertama ini, karyawan terlihat belum serius. “Belum serius. Masih main-main. Masih ada yang angkat handphone, selfi-selfian. Kami berharap, simulasi dapat dilakukan betul-betul serius. Kita ulangi sekali lagi, yah!” tandas AM Akbar, kepada para karyawan yang mengikuti simulasi.
Semua karyawan kembali masuk dalam kantor. Simulasi kedua dilakukan. Alhasil, simulasi berjalan dengan baik. Teknik evakuasi sudah dilakukan sesuai standar operasional prosedur.
Pimpinan BI Kendari, Minot Purwahono, kepada sejumlah wartawan, usai simulasi menjelaskan, kegiatan simulasi penanganan korban bencana ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para karyawan BI Kendari tentang apa saja yang dilakukan dan bagaimana melakukan penyelamatan ketika bencana gempa terjadi.
“Kita sangat tidak harapkan terjadi bencana. Namun demikian kita perlu mengantisipasi semua yang kemungkinan terjadi. Apalagi kita ketahui bahwa daerah kita ini sangat rawan terjadi gempa,” terang Minot Purwahono.
Melihat simulasi yang dilakukan, Minot menilai sudah berjalan baik, meskipun masih perlu dilakukan evaluasi, terutama mengenai kelengkapan untuk memudahkan evakuasi.
Pada kesempatan itu, ia menyampaikan terima kasih kepada pihak Basarnas Kota Kendari atas kerjasamanya dalam kegiatan simulasi kali ini.
“Simulasi ini merupakan puncak dari kegiatan sosialisasi dan simulasi penanggulangan dampak bencana alam yang dilakukan sejak kemarin, diikuti oleh seluruh karyawan BI Kendari,” ungkap Minot.
Tak lupa, Minot Purwahono juga menyampaikan terima kasihnya kepada semua karyawan BI yang telah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik dan serius.
Ia berharap, melalui kegiatan sosialisasi dan simulasi penanganan pascabencana ini, semua karyawan dapat memetik pelajaran dan pengetahuan tentang apa yang diberikan.
Menurut dia, hal itu penting karena BI sebagai objek vital harus memberikan pelayanan meskipun dalam kondisi apapun, supaya situasi ekonomi masyarakat tetap terjaga kendati dalam kondisi bencana alam.
Sementara itu, Instruktur Basarnas Kendari, Andi Muhammad Akbar, mengapresiasi pihak BI Kendari yang telah berinisiatif melaksanakan kegiatan sosialisasi dan simulasi penanganan pascabencana.
“Dari beberapa kegiatan simulasi yang pernah saya ikuti selama ini, kali ini sudah paling baik,” aku Akbar.
Kendati demikian, Akbar berpesan dan menekankan, selain melakukan evakuasi secara mandiri, pihak Basarnas juga sebaiknya dihubungi jika ada yang perlu dievakuasi saat bencana terjadi.
Mengenai kegiatan sosialisasi dan simulasi penanganan dampak bencana yang dilakukan BI Kendari, Akbar sangat mengapresiasi.
Bagi Akbar, kegiatan tersebut merupakan hal positif untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang penanggulangan secara dini saat gempa terjadi.
“Kegiatan-kegiatan seperti ini kita harus dukung. Dan kita berharap, simulasi seperti ini dapat galakkan semua pihak. Karena kita tidak pernah tahu kapan gempa terjadi. Kita hanya bisa melakukan upaya antisipasi saja,” tutupnya.
Humas Basarnas Kendari, Wahyudi, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan, pihak Basarnas selalu membuka ruang kepada pihak manapun yang meminta support dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi dan simulasi seperti ini.
“Ini sudah kesekian kali Basarnas diminta untuk menjadi instruktur dalam pelatihan penanganan dampak gempa. Mulai dari sekolah-sekolah hingga instansi swasta, seperti hotel-hotel,” kata Wahyudi.
Bahkan dalam beberapa simulasi, kata Wahyudi, itu dilakukan secara diam-diam. Artinya tanpa diketahui oleh petugas penyelamat yang telah dibekali pelatihan. Seolah-olah memang terjadi musibah.
“Itu pernah kita lakukan di Swiss-Belhotel, di Permandian Batu Gong juga. Jadi teknisnya kita minta orang untuk pura-pura tenggelam. Setelah itu kita lihat bagaimana respons mereka.”
“Memang cukup bagus dibuat diam-diam seperti itu, untuk melihat sejauh mana penerapan pengetahuan yang diberikan tentang penyelamatan korban musibah,” kata Wahyudi.
Hanya saja, kata dia, risikonya ketika para penyelamat tidak peduli lagi dengan handphonenya yang di saku celana ketika turun melakukan penyelamatan untuk korban tenggelam.
“Itu pernah terjadi di Batu Gong. Ada beberapa penyelamat yang turun berenang ke pantai dengan posisi handphone di saku celana. Mereka pikir ada yang tenggelam betulan. Padahal cuman simulasi. Tapi kita gantikan handphone mereka yang rusak,” cerita Wahyudi.
Memang kata dia risikonya seperti itu jika dilakukan secara diam-diam. Namun, semua itu dilakukan untuk melihat apakah materi pelatihan yang diberikan diserap dengan baik atau tidak.
Penulis: Jumaddin Arif