panjikendari.com – Pemilu 2019 tinggal beberapa bulan lagi. Para calon, baik calon presiden dan wakil presiden maupun calon legislatif mulai memanfaatkan tahapan kampanye dengan menebar pesona demi meraih simpati rakyat.
Wajah kota mulai dihiasi dengan alat peraga kampanye. Jalan-jalan protokol mulai ‘sesak’ dengan aneka baliho dan semacamnya, meskipun rata-rata melanggar PKPU yang mengatur tentang alat peraga.
Perhelatan pesta demokrasi kali ini menyita perhatian. Pasalnya, berbeda dengan pemilihan-pemilihan sebelumnya, Pemilu 2019 dilaksanakan secara serentak.
Sekali mencoblos nanti, rakyat disodorkan lima kertas suara berbeda: kertas suara calon presiden dan wakil presiden, kertas suara calon DPR RI, DPD RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
Penyelenggara tertantang untuk bekerja keras bagaimana agar pesta demokrasi ini berjalan dengan baik, aman, damai, dan sejuk. Sukses, begitu.
Dengan sistem pemilihan serentak yang mudah-mudahan tidak membingungkan masyarakat awam, penyelenggara dituntut untuk gencar melakukan sosialisasi, terutama kepada pemilih pemula.
Baru-baru ini, KPU Sultra melakukan sosialisasi kepada pemilih pemula melalui program KPU Goes to Campus di kampus Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK). Menyasar pemilih pemula.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut salah satunya adalah pemerhati Pemilu yang juga pakar politik Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Dr Najib Husein SSos MSi.
Pada kesempatan itu, Najib Husein menjelaskan banyak hal tentang Pemilu kepada mahasiswa peserta KPU Goes to Campus. Salah satunya mengenai karakteristik pemilih pemula dan bagaimana hak dan kewajibannya dalam pemilu.
Menurut dia, pemilih pemula adalah masyarakat yang baru pertama kali menyalurkan hak pilihnya. Karakteristiknya banyak, yaitu, pertama; kritis. Kedua; mandiri, mencari jati diri. Mencari figur untuk dijadikan contoh.
“Jadi jika kita salah memilih, yah, salah kita. Karena kita sedang mencari jati diri,” katanya.
Ketiga; memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahunya tinggi. Keempat; memiliki antusias yang tinggi. Mendukung penyelenggaraan agar partisipasi meningkat dengan antusias yang tinggi.
Keempat; tipis kadar pragmatisme. Pemilih pemula belum terpengaruh dengan uang. Politik uang belum. “Pemilih pemula masih memiliki idealisme yang tinggi,” ujarnya.
Menurut Najib, potensi pemilih pemula cukup tinggi. Secara nasional mencapai 14 juta jiwa untuk Pemilu 2019. Belum termasuk 1,2 juta jiwa yang sudah berumur 17 tahun pada tahun 2019 nanti.
Potensi ini, kata dia, harus didukung dengan kualitas. Harus menjadi pemilih yang cerdas. Mengetahui seperti apa orang yang akan dipilih kedepan. Mengetahui seperti apa pemimpin yang diharapkan dapat membawa negara ini jauh lebih baik.
Karena itu, lanjut dia, sebagai warga yang memiliki hak pilih, harus mengetahui partai-partai apa saja yang menjadi peserta pemilu 2019 nanti.
“Meskipun dalam memilih caleg nanti kita akan memilih orangnya, bukan partainya. Tetapi sebaiknya, sebagai pemilih yang cerdas maka bukan orangnya saja yang dipelajari tetapi termasuk partainya. Seperti apa ideologinya, seperti apa azasnya.”
“Yang mana partai-partai yang banyak korupsi, yang mana partai-partai yang ditangkap KPK, yang mana politisi busuk. Ya jangan dipilih lagi,” tekannya, disambut respons tepuk tangan para mahasiswa peserta KPU Goes to Campus.
Lebih jauh, Najib menyampaikan, sebagai pemilih cerdas, mahasiswa harus kritis dalam menentukan pilihannya. Kenali siapa yang anda pilih nanti. Jangan salah pilih. Kalau anda salah pilih maka lima tahun menyesal. Jangan sampai nanti anda mengatakan, saya menyesal kenapa saya pilih dia. Makanya kenali dengan baik siapa orang-orang yang akan anda pilih kedepan,” pesannya.
Pada kesempatan itu, tenaga pengajar pada Fisipol UHO Kendari ini memaparkan beberapa beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan pilihan. Pertama, kenali visi dan misi peserta pemilu.
“Jadi kalau misalnya anda jalan-jalan di jalan, baca-baca juga itu baliho. Kan macam-macam itu baliho sekarang. Tinggal dilihat, apa yang akan dia lakukan nanti lima tahun kedepan. Kalau misalnya masih kurang, buka di google, cari siapa dia, kenali visi dan misinya,” katanya.
Kedua; kenali riwayat hidup calon. Para caleg mempunya riwayat hidup masing-masing. Tinggal buka saja. Siapa sebenarnya calon-calon. Ada rekam jejak. Kalau dia pernah jadi anggota dewan, dia berhasil atau tidak dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. “Ini yang perlu dilakukan para pemilih pemula,” tandasnya.
Selain itu, Najib juga mengajak para mahasiswa untuk mendukung penyelenggara dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.
Tolak ukur dari keberhasilan Pemilu selalu dilihat dari partisipasi masyarakat. “Jika kemarin kondisinya dalam cuaca ekstrem tapi partisipasinya mencapai 70 persen. Itu merupakan suatu keberhasilan,” pujinya.
Ia berharap, melalui KPU Goes to Campus ada yang bisa didapatkan nanti. Karena ini adalah bagian dari pendidikan politik. Jika pendidikan politik berjalan baik maka akan menghasilkan Pemilu yang berkualitas.
Penulis: Jumaddin Arif