Langit Kendari masih temaram ketika roda pesawat itu menyentuh landasan. Sabtu pagi, 1 Maret 2025, pukul 07.25 WITA, pesawat yang membawa Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Sumangerukka dan Wakil Gubernur Ir. Hugua akhirnya tiba di Bandara Haluoleo.
Tak ada suara pengumuman berlebihan. Tapi di luar sana, riuh sudah terdengar. Sambutan meriah menunggu di pintu kedatangan. Para pejabat tinggi Sultra, tokoh masyarakat, hingga anak-anak sekolah sudah berbaris rapi.
Saat pintu pesawat terbuka, sepasang pemimpin baru itu melangkah turun. Andi Sumangerukka dengan postur tegapnya, khas mantan jenderal. Ir. Hugua di sampingnya, tersenyum ramah.
Di ujung pintu kedatangan, putra-putri pariwisata Sultra siap dengan pengalungan bunga. Kampurui dan selempang adat Tolaki sudah disiapkan. Simbol kehormatan, penyambutan hangat dari tanah Bumi Anoa.
Tak Ada Waktu untuk Berleha-leha
Sehari sebelumnya, mereka masih berada di Magelang. Mengikuti retret kepala daerah setelah dilantik Presiden Prabowo Subianto di Jakarta pada 20 Februari 2025.
Tapi tak ada waktu untuk jeda panjang. Setibanya di Kendari, mereka langsung menuju rumah jabatan. Iring-iringan kendaraan melaju, dikawal ketat aparat keamanan.
Di sepanjang jalan, masyarakat sudah menunggu. Barisan anak-anak sekolah melambaikan tangan. Mereka tahu, pemimpin baru mereka telah tiba.
Di rumah jabatan, suasana lebih meriah. Sanggar Campuh Dona Jaya Kendari telah bersiap. Tarian empat etnis mewakili keberagaman budaya Sultra ditampilkan: Tari Mondotambe (Tolaki), Tari Lawati (Buton), Tari Kambawuna (Muna), dan Tari Lumense (Moronene).
Andi Sumangerukka dan Ir. Hugua tersenyum. Mereka berdua bukan orang baru di Sultra. Tapi hari ini, langkah mereka berbeda. Ini bukan sekadar kunjungan, ini awal dari perjalanan panjang sebagai pemimpin daerah.
Pakta Integritas: Tanda Tangan dan Tanggung Jawab
Tak lama setelah penyambutan, agenda serius menanti. Di Aula Merah Putih, penandatanganan Pakta Integritas dan Perjanjian Kinerja sudah dijadwalkan.
Satu per satu kepala OPD maju. Menandatangani dokumen yang akan mengikat mereka pada sumpah: bekerja bersih, transparan, tanpa korupsi.
Bagi Andi Sumangerukka, ini bukan sekadar tanda tangan di atas kertas. Ini janji. Janji yang tak hanya diucapkan kepada atasan, tapi kepada rakyat, bahkan kepada Tuhan.
“Saya tekankan, ini bukan sekadar formalitas. Ini janji yang harus dipertanggungjawabkan,” ujar ASR, sapaan akrab Gubernur Sultra itu.
Ia menegaskan, akan ada evaluasi ketat. Setiap kepala OPD akan dinilai. Apa yang sudah dikerjakan, apa yang belum.
Karena bagi ASR, janji di atas kertas tak ada artinya jika tak diwujudkan dalam kerja nyata.
Dari Aula Merah Putih, Sebuah Awal Baru
Hari itu, Kota Kendari menyaksikan awal baru. Penyambutan yang meriah. Tanda tangan yang penuh makna.Tapi perjalanan baru saja dimulai.
Bagi Andi Sumangerukka dan Ir. Hugua, hari ini adalah awal dari tanggung jawab besar. Tak hanya memimpin, tapi membuktikan bahwa mereka layak mendapat kepercayaan rakyat Sultra.
Dan rakyat, seperti yang selalu terjadi, akan mengingat setiap janji yang diucapkan. (*)