Kendari, Panjikendari.com — Peringatan Hari Kartini di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo tak sekadar menjadi agenda tahunan. Tahun ini, semangat emansipasi itu dihidupkan kembali lewat seminar bertajuk “Perempuan Berkembang Berdaya Saing Sebagai Kartini Masa Kini” yang digelar Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, Kamis, 24 April 2025 di Aula Bahtiar FISIP.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, Dr. H. M. Najib Husain, S.Sos., M.Si., yang mewakili Dekan FISIP. Semula, Dekan FISIP Prof. Eka Suaib, M.Si. dijadwalkan membuka acara, namun karena adanya agenda lain yang tak bisa ditinggalkan, beliau baru bisa hadir belakangan.
Kegiatan ini menghadirkan tokoh-tokoh perempuan inspiratif dan menggugah kesadaran generasi muda akan pentingnya keberdayaan serta peran aktif perempuan dalam berbagai lini kehidupan.
“Kami ingin seminar ini bukan sekadar seremoni, tapi jadi pemicu semangat. Perempuan harus jadi agen perubahan di mana pun berada,” kata Regina, ketua panitia kegiatan.
Wakil Ketua HMPS Ilmu Politik, Ildam Saputra, menyampaikan bahwa kehadiran para narasumber menjadi sumber inspirasi bagi seluruh peserta, khususnya mahasiswa FISIP.
Dalam sambutannya, Dr. Najib Husain menyinggung soal kebijakan afirmatif yang mengatur kuota 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen. Menurutnya, kebijakan itu tidak cukup jika hanya dipandang sebagai bentuk “rasa kasihan” dari negara. “Undang-undang afirmatif itu justru memalukan jika dianggap sebagai belas kasihan. Perempuan seharusnya bisa lebih dari itu,” tegasnya.
Suasana seminar makin hidup saat politisi perempuan Sultra, Wa Ode Nurhayati, membagikan pengalamannya menembus dunia politik. “Perempuan harus berani duduk di kursi legislatif. Jangan takut dengan stigma. Saya sudah pernah dijuluki macam-macam, tapi itu tidak menghentikan langkah saya,” ucapnya penuh semangat.
Dr. Erni Qomariyah, M.Si., dalam sesi berikutnya mengajak peserta merenungi kembali semangat perjuangan R.A. Kartini. “Kartini mengajarkan kita bukan hanya untuk terdidik dan terampil, tapi juga untuk berani dan berdaya,” ujarnya.
Seminar ini mendapat antusiasme tinggi dari sivitas akademika dan mahasiswa, serta menjadi ruang refleksi bersama bahwa semangat kesetaraan dan keberdayaan perempuan harus terus diperjuangkan—dimulai dari ruang-ruang akademik. (*)
Reporter: Abar