panjikendari.com – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) membentuk kelompok wanita tani kacang tanah di Desa Lakapodo, Kecamatan Watopute, Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kelompok emak-emak di wilayah tersebut diajarkan cara bertani kacang tanah dengan aplikasi pupuk bokashi plus berbahan baku daun semak jenis Komba-Komba (Chromolaena odorata) dan kotoran sapi pada lahan yang terdegradasi.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Nini Mila Rahni, S.P., M.P., menjelaskan, program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan PKM internal UHO Kendari bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya kaum wanita tentang tata cara bercocok tanam kacang tanah pada lahan tandus dengan memanfaatkan rumput komba-komba dan kotoran sapi yang banyak tersedia di daerah itu sebagai bahan baku pupuknya.
“Kami sengaja melibatkan kaum perempuan karena selain ingin memberdayakan mereka dalam kegiatan bercocok tanam, ibu-ibu juga memiliki kemampuan dan keterampilan tersendiri dibandingkan pria dalam mengurus dan merawat tanaman.”
“Apalagi yang ditanam adalah jenis kacang tanah lokal yang membutuhkan perlakuan lebih dibandingkan dengan tanaman jagung,” papar Nini Mila Rahni, saat ditemui di Fakultas Pertanian UHO Kendari, Selasa, 27 November 2018.

Nini yang memiliki bidang keahlian ilmu tanaman/ekofisiologi tanaman, menjelaskan, lahan yang digunakan dalam PKM ini adalah lahan terdegradasi atau lahan tandus yang jika ditanami tanaman apapun, produksinya akan rendah. Lahan-lahan tandus ini terjadi karena kebiasaan masyarakat setempat dalam membakar lahan sebelum tanam.
Aktivitas pembakaran lahan, menurut Nini, akan mengakibatkan hilangnya bahan organik atau serasah tanaman serta matinya mikroorganisme yang bertugas mendekomposisi bahan organik di atas tanah.
Dosen Fakultas Pertanian UHO Kendari ini menjelaskan, dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi di daerah Muna maka kegiatan pembakaran lahan sangat berdampak pada hilangnya kandungan bahan organik pada lapisan tanah paling atas (top soil).
“Karena sisa-sisa pembakaran lahan oleh masyarakat akan tergerus oleh aliran permukaan ataupun banjir. Akhirnya, tanah menjadi terdegradasi, menjadi tandus,” terangnya.
Nah, melalui PKM UHO Kendari, lahan terdegradasi tersebut dijadikan sebagai demonstration plot (demplot) dalam pengembangan tanaman kacang tanah lokal dengan pemberian pupuk bokashi daun Komba-komba dan kotoran sapi.
“Daun Komba-komba sendiri kan gampang didapat karena sudah menjadi rumput liar di sana. Termasuk kotoran sapi. Banyak sekali di sana karena memang masyarakat Desa Lakapodo mayoritas beternak sapi,” tambah Nini.
Komba-komba dan kotoran sapi tersebut dicampur dan kemudian difermentasi dengan menggunakan cairan EM4 dan mikroorganisme lain hingga menjadi pupuk.
Tanaman yang dipilih adalah kacang tanah lokal Muna yang lebih unggul dibanding varietas unggul karena kacang tanah lokal Muna lebih adaptif lokasi dan iklim dibandingkan dengan varietas unggul. Selain itu rasanya lebih gurih dibanding varietas unggul.
“Makanya sebenarnya kita harus bangga punya kacang tanah lokal seperti kacang tanah di Muna,” ujarnya.

Dalam kegiatan PKM ini, Nini Mila Rahni tidak sendiri tapi bersama dua dosen lainnya; Zulfikar, S.P., M.P., dan La Ode Arfan Dedy, S.Pt., M.Si., serta melibatkan dua mahasiswa Fakultas Pertanian UHO Kendari.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berjudul “PKM Kelompok Wanita Tani Kacang Tanah Aplikasi Bokashi Plus pada Lahan Terdegradasi di Desa Lakapodo Kecamatan Watopute Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara.”
Program ini diawali dengan kegiatan sosialisasi, dilanjutkan dengan bimbingan teknis pembuatan pupuk, lalu demonstrasi atau aplikasi di lapangan.
“Yang menarik di sini, itu penanaman dilakukan pada saat musim panas, pada bulan September, dalam kondisi tanah yang keras. Tapi hanya dengan penyiraman, tanamannya tumbuh subur, pengaruh pemberian pupuk bokashi tadi,” terangnya.
Nini berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Lakapodo Kecamatan Watopute mendapat pengetahuan baru tentang bagaimana memanfaatkan lahan tandus dengan menggunakan pupuk bokashi yang bahan bakunya mudah didapat di alam sekitar, tanpa harus membeli pupuk kimia dengan harga mahal.
Selain itu, kata Nini, pihaknya juga ingin merubah kebiasaan para petani yang selalu membakar lahannya setiap sebelum tanam.
Penulis: Jumaddin Arif