panjikendari.com, Banjarmasin – Wali Kota Baubau, AS Tamrin bersama sembilan bupati dan wali kota lainnya di Indonesia mengikuti dialog Anugerah Kebudayaan PWI Pusat sebagai rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Hotel Mercure Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat 7 Februari 2020.
Selain 10 bupati dan wali kota penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, dialog ini juga dihadiri langsung Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Muhadjir Effendi Ketua Dewan Pers, Moh. Noeh, Ketua Umum PWI Pusat, Atal S. Depari, Dewan Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, seniman, budayawan, akademisi, pecinta kebudayaan, serta wartawan seni budaya peserta dialog kebudayaan.
Menteri PMK RI, Muhadjir Effendi sangat mengapresiasi anugerah kebudayaan yang diselenggarakan PWI Pusat ini. Kata dia, pembangunan kebudayaan mencerminkan kepribadian bangsa.
Muhadjir Effendi menjelaskan, manusia adalah satu-satunya mahluk di muka bumi yang bisa berbudaya. Sebab manusia memiliki akal budi.
Menurutnya, letak budaya berada dalam alam pikiran setiap orang. Budaya lahir dari individu dan terbangun secara kolektif.
“Jangan diartikan bahwa budaya itu hanya seni. Seni itu adalah sebagian kecil dari budaya, lebih besar dari itu adalah nilai-nilai budaya,” katanya.
Setiap daerah di Indonesia, kata dia, memiliki budaya masing-masing. Namun budaya bisa mempersatukan bangsa dengan berlandaskan nilai Pancasila.
“Kunci nilai budaya itu apa?, kuncinya adalah toleransi. Dengan toleransi maka akan melahirkan rasa saling menghargai dan menghormati. Nilai ini dapat diekspresikan dengan cara berbeda di masing-masing daerah,” katanya.
Ketua Dewan Pers, Moh. Noeh menyambut baik pendekatan budaya yang dicanangkan PWI Pusat. Menurutnya, budaya mencari titik persamaan bukan perbedaan.
“Kalau ruang kesamaan telah terbentuk maka apapun bisa diselesaikan dengan baik. Mencari persoalan menjadi jawaban bukan mencari jawaban untuk dijadikan persoalan,” katanya.
Dalam kesempatan ini pula, Moh. Noeh memberikan ucapan selamat kepada 10 bupati dan wali kota penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.
Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari mengatakan, anugerah kebudayaan ini akan diselenggarakan setiap tahun. Ia menilai bila bangsa ini dibangun dengan budaya maka bangsa akan berbudaya.
“PWI mencintai budaya. Kami ingin menciptakan kebudayaan yang berkepribadian seperti yang diutarakan Soekarno. Kita harus bangun bangsa dengan pendekatan budaya,” katanya.
Wali Kota Baubau, AS Tamrin mendapat giliran ketiga dalam acara dialog ini. Dalam kesempatan itu, AS Tamrin memaparkan tentang nilai budaya Polima yang diimplementasikan dalam sistem birokrasi yang dipimpinnya dihadapan Meteri PMK, Muhadjir Effendi dan seluruh peserta dialog.
AS Tamrin mengatakan, peradaban bangsa saat ini sudah mengarah ke perubahan industri 4.0. Olehnya dibutuhkan suatu nilai untuk mendasari semua perubahan itu.
“Makanya pokok-pokok pikiran pembangunan di Kota Baubau itu berlandaskan kebudayaan. Apalagi Baubau adalah pusat eks kesultanan Buton yang menjunjung tinggi nilai budaya peninggalan masa lalu,” katanya.
Nilai luhur budaya sebagai pedoman kehidupan masyarakat Buton ini lalu diimplementasikan dalam satu sistem yang Ia sebut Polima. Budaya Polima ini memuat lima nilai dasar kehidupan yang berkaitan dengan nilai luhur pancasila sebagai dasar negara.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Baubau juga memaparkan budaya Polima ini telah Ia tuangkan dalam sebuah karya tulis “Polima, Gema Pancasila dari Baubau”. Buku ini akan dibedah dan dilaunching di Hotel Golden Tulip Banjarmasin pada Sabtu, besok, 8 Februari 2020.
Ketua Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, Yusuf Susilo mengatakan, dialog ini melengkapi anugerah kebudayaan yang akan diterimakan di puncak HPN 2020.
“Acara ini merupakan yang kedua setelah dilaksanakan pada 2016 lalu di NTT. Mereka ini dipilih secara langsung oleh lima juri berdasarkan penilaian yang ketat,” katanya.
Tema yang diusung adalah kemajuan kebudayaan di kabupaten kota termasuk peluang dan tantangan. Tujuannya mendorong kebudayaan sebagai salah satu sektor pembangunan. (rls)