Oleh: Fajar Hasan
Ketua Harian Jaringan Indonesia (Jari) Korwil Sulawesi Tenggara
Tak lama lagi, masih di nuansa tahun baru, Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) akan berganti. Secara Prerogratif, Presiden Joko Widodo mengusul Kabareskrim Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi calon Kapolri. Sebagaimana Jenderal Idham Aziz bakal memasuki masa purnabhakti pada 1 Februari 2021 mendatang. Tertanggal Rabu 13 Januari 2021, surat pengusulan Presiden dikirim ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Ada berbagai tahap lagi sebagai kewenangan DPR RI untuk menguji Sigit, yakni syarat adimistratif, kompetensi, profesionalitas, dan komitmen dalam mengawal Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Pada Selasa 19 Januari terjadwal oleh Komisi III DPR RI proses uji kelayakan dan kepatutan. Secara teknis, pengusulan, pengangkatan, dan pemberhentian Kapolri diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Polri) dan Peraturan Presiden (Perpres) No.17 Tahun 2011 tentang Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Usulan nama-nama calon dari Kompolnas disodorkan ke meja Presiden untuk dipilih satu nama. Kemudian satu nama yang dipilih presiden diajukan ke DPR untuk dilakukan uji kepatutan dan kelayakan (wawancara) dan kemudian harus mendapat persetujuan Komisi III DPR. Setelah mendapat persetujuan, calon Kapolri disahkan secara kelembagaan melalui rapat paripurna DPR.
Tak seperti sebelumnya, proses pengusulan Sigit begitu teduh. Tak segejolak pendahulunya. Ia didukung oleh segenap entitas tokoh dan organisasi kemasyarakatan. Wakil Presiden K.H Maruf Amin menyambut prerogatif Presiden dengan apresiatif. Pentolan Nahdlatul Ulama tersebut menganggap bahwa Sigit merupakan pilihan paling tepat.
Lain lagi dengan Novel Baswedan. Ia juga termasuk sosok yang mendukung Sigit. Notabene sebelumnya beliau adalah simpul autokritik Polri di tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Melihat dukungan ini, sepertinya drama seri Cicak Vs Buaya telah tamat. Suatu indikasi sinergi Polri-KPK yang selama ini dinantikan.
Simpulan dari dukungan tersebut, ada dua harapan yang dipanggulkan ke Sigit. Pertama, reformasi internal di tubuh Polri. Kedua, penguatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia. Sosok Sigit termanahkan sebagaimana banyak kalangan yang menilainya sebagai sosok pembaharu dan pemersatu di tubuh Polri.
Apa yang membuat Sigit membawa harapan besar tidak lain adalah rekam jejaknya. Terlebih saat menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Tak sedikit kasus besar nan mandek dipecahkannya. Ada warna baru yang ia tunjukan, sebagaimana hal ini yang kerap menjadi sandungan Polri di mata masyarakat.
Siapa Sigit?
Komjen Listyo Sigit Prabowo adalah jenderal bintang tiga yang menduduki jabatan sebagai Kabareskrim Polri. Sebelumnya ia adalah ajudan Presiden Joko Widodo. Di masanya, beberapa kasus besar ia pecahkan, yakni insiden Penyiraman Air Keras Novel Baswedan. Notabene kasus ini mengulak-alik selama 2,5 tahun. Publik seolah hampir beranggapan kasus ini untuk bisa diungkap.
Di bawah kepemimpinannya, Bareskrim membongkar kasus pembobolan kas bank BNI cabang Kebayoran Baru dengan menyeret Maria Pauline Lumowa. Sebelumnya ia kabur di tahun 2003. Kasus tersebut bernilai kerugian mencapai Rp 1,7 triliun. Sejak tahun 2003 kasus ini telah ditangani oleh Mabes Polri. Tersangka lainnya di kasus ini bahkan sudah divonis.
Selanjutnya adalah terkait pelarian narapidana kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali. Sebelumnya publik pesimis atas penangkapan Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra. Sebab, ada indikasi Djoko Tjandra dilindungi oleh oknum tertentu. Ia bak belut yang pada Juni 2020, Djoko Tjandra sempat membuat e-KTP hingga mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) ke PN Jaksel. Fantastis mengingat statusnya sebagai buronan.
Tak ada tawar-menawar, akhirnya, Djoko Tjandra ditangkap di Malaysia pada 30 Juli 2020 setelah buron selama 11 tahun. Komjen Listyo Sigit Prabowo dan tim menjemput langsung Djoko Tjandra untuk dibawa ke Tanah Air.
Melihat rekam jejaknya, tak salah publik menaruh harapan besar di pundak Sigit. Dalam langkahnya mencuatkan bahwa Polri harus terus berbenah. Jelas member harapan bahwa ada sesuatu yang baru di tubuh Polri dalam kepemimpinannya.
Polri menaruh harapan besar atas pergantian pucuk pimpinannya. bukan hanya untuk internalnya saja. Namun lebih penting adalah sesuai visinya untuk negeri ini, yakni terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap.
Disisi lain ada hal yang lebih penting, yakni penguatan kultur hukum sebagaimana visi Polri yakni terjalinnya sinergi polisional yang proaktif. Pendedahan serta pengkotak-kotakan antar kelompok, ormas merupakan isu keamanan yang terus mencuat akhir-akhir ini. Polri harus terus menunjukan kehumanisan dalam meredam bara konflik yang terjadi.
Bagaimanapun, hari ini Polri menemukan salah satu putra terbaiknya. Segenap masyarakat patut mendukungnya. Untuk bersinergi, bersama, mewujudkan keamanan dalam rangka menunjang aktivitas perekonomian Negara. Selamat Kapolri, Bravo Polri, Indonesia Jaya. (**)