panjikendari.com – Sudah menjadi kendala setiap musim panen, petani kesulitan soal pemasaran sehingga hasil panen terpaksa dijual dengan harga murah.
Kondisi itulah yang dihadapi para petani nanas di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, khususnya di beberapa wilayah di Kecamatan Parigi.
Salah seorang petani nanas di Desa Walambenowite, Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna, Edi, mengaku, untuk pemasaran hasil panen buah nanas di daerahnya masih agak susah.
Untuk memasarkan buah nanas pada setiap musim panen, kata Edi, para petani kadang membuat lapak-lapak sementara di pinggir jalan, dengan harapan ada pengendara yang lewat dan berminat membeli.
Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per buah untuk ukuran jumbo, dan Rp5.000 hingga Rp10 ribu per buah untuk ukuran kecil dan sedang.
Dalam kondisi tertentu, kata Edi, untuk menghindari agar buah tidak menjadi busuk, petani terpaksa menjual murah buah nanasnya.
“Biasanya kita jual saja sama pemborong yang ke Baubau dengan harga murah,” kata Edi sambil menyebutkan, harga jualnya berkisar antara Rp8.000 hingga Rp10 ribu per buah untuk ukuran jumbo.
“Kalau ukuran dibawahnya jumbo sedikit, harganya Rp20 ribu per 3 buah. Ukuran sedang Rp5 ribu per buah. Ukuran yang agak kecil Rp10 ribu per 4 buah. Ada juga yang kecilnya lagi Rp10 ribu per 6 buah bahkan juga 7 buah,” kata Edi.
Akibatnya, keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tidak sesuai yang diharapkan. Menurutnya, jika dijual dengan harga murah, omzet yang diperoleh hanya berkisar Rp10 jutaan per hektare.
“Biasanya kita dapat sampai Rp20 jutaan per hektare kalau harga lagi bagus,” katanya, Sabtu, 28 Desember 2019.
Edi menyebutkan, luasan lahan pertanian tanaman nanas di wilayahnya mencapai 200 hektare yang lokasinya terpisah-pisah. Sebagian besar terletak di Desa Walambenowite dan sebagian kecil di Desa Wakumoro dan Desa Sumpuo.
Menurut Edi, jenis tanaman nanas yang dibudidayakan adalah jenis nanas madu, rasanya manis, sangat cocok dibuat menjadi sirup atau selai.
Mewakili para petani, Edi berharap agar pemerintah daerah dapat mengambil peran mencarikan solusi dalam hal pemasaran hasil pertanian tanaman nanas yang mereka kembangkan.
“Supaya pemasaran lancar, dan petani tidak mengalami kerugian,” harapnya.
Menurut Edi, melihat potensi hasil yang begitu besar, pemerintah setempat pernah menjanjikan akan dikembangkan usaha industri pembuatan sirup dan selai.
Namun, industri pembuatan selai dan sirup tersebut baru sebatas janji, belum ada realisasinya hingga saat ini. (has/jie)