Penulis: Nelis Sandi Arianti
(Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya)
Penyebaran hutan mangrove di Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu di Kota Baubau, terindikasi telah terdegradasi habitatnya akibat dikonversi menjadi area pertambakan, sedangkan ketersediaannya semakin menurun drastis dihabitat alamiahnya sebagai akibat pemanfaatan yang berlebihan oleh aktivitas manusia oleh karena itu perlu diketahui kondisi kondisi ekologis, pemanfaatan langsung dan valuasi ekonomi hutan mangrove.
Hutan Mangrove merupakan tanaman berbunga yang tumbuh di daerah pasang surut dan banyak dijumpai di sepanjang estuaria, delta dan laguna, tumbuh secara berkelompok membentuk tegakan yang padat, sistim perakaran yang kompleks dengan kondisi tanah asam dan anerob (Tomlinson, 1994). Salah satu fungsi hutan mangrove adalah sebagai peredam hempasan gelombang, sistem perakarannya dapat berperan sebagai pemecah gelombang sehingga pemukiman yang ada di belakangnya dapat terhindar dari tekanan gelombang dan badai, kondisi tersebut terjadi apabila hutan mangrove masih terjaga dengan baik.
Menurut Wibowo dan Handayani (2006) bahwa semakin meningkatnya aktivitas pembangunan pada kawasan mangrove memberi dampak negatif pada keberadaan ekosistem mangrove, sehingga fungsi dan manfaat dari ekosistem mangrove menjadi tidak maksimal.
Analisis vegetasi tumbuhan merupakan cara mempelajari susunan (komposisi spesies) dan bentuk (struktur) vegetasi (Irwanto, 2007). Analisis vegetasi diperlukan data-data kuantitatif untuk menentukan indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman dari penyusun komunitas hutan mangrove sehingga dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur, kelimpahan spesies, distribusi vegetasi dalam suatu ekosistem, serta hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor lingkungannya. Analisis vegetasi di hutan mangrove merupakan salah satu perangkat yang dapat mendukung kegiatan konservasi khususnya dalam hal pengambilan data menyangkut ciri-ciri ekologi hutan mangrove dan keanekaragamannya agar kebijakan yang diambil terhadap hutan mangrove dapat berjalan dengan baik.
Kawasan Pesisir Kelurahan lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu Kota Baubau mempunyai potensi sumberdaya pesisir yang sangat melimpah, salah satu diantaranya adalah ekosistem mangrove. Pengelolaan dan pemanfaatan potensi ekosistem mangrove diarahkan secara optimal untuk meningkatkkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya secara efektif, efisien, dan keberlanjutan. Berkaitan dengan hal itu secara konseptual kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove harus dikembangkan berdasarkan unsur-unsur yang mendukung meliputi lingkungan, informasi teknologi, infrastruktur, aspek sosial budaya masyarakat dan ekonomi sumberdaya.
Meskipun kawasan pesisir Kelurahan lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu Kota Baubau memiliki hutan mangrove yang cukup luas,namun mangrove masih perlu ditingkatkan lagi, termasuk yang terkait dengan komposisi jenis dan struktur hutan mangrove di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pengukuran vegetasi ekosistem mangrove menjadi sangat penting karena memberikan alternatif solusi yang terbaik untuk mendapatkan data akurat tentang komposisi jenis, sruktur area, indeks nilai penting, dan keanekaragaman. Data-data tersebut sangat diperlukan dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan maupun pemanfaatan hutan mangrove, sehingga fungsi dan manfaatnya dapat dinikmati secara berkelanjutan. (**)