Kendari, Panjikendari.com – Para pemanah asal Sulawesi Tenggara turut ambil bagian dalam Bosara Open Tournament Traditional Archery 2025 yang digelar di Pondok Pesantren Nurul Huda, Bungadidi, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, pada 26–27 April 2025.
Sebanyak sembilan pemanah mewakili Sultra, masing-masing empat dari Kabupaten Konawe, tiga dari Konawe Selatan, satu dari Kota Kendari, dan satu peserta anak-anak di kelas 20 meter. Mereka bersaing bersama sekitar 500 peserta lainnya dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk dari daerah terjauh seperti Aceh.
Mereka berlaga dalam berbagai kategori, mulai dari ground 30 meter dan 50 meter untuk dewasa, kategori beregu, hingga kategori junior anak-anak. Untuk jadwal pertandingan, Sabtu (26 April) mempertandingkan kategori anak-anak dan akhwat, sementara Ahad (27 April) giliran ikhwan yang akan tampil.
Turnamen ini menjadi salah satu ajang prestisius panahan tradisional di Indonesia. Selain total hadiah senilai Rp60 juta, penyelenggara juga menyiapkan Grand Prize berupa Golden Ticket ke Fetih Kupasi di Turki, salah satu kompetisi panahan tradisional paling bergengsi di dunia.
Acara ini juga menghadirkan Reno Suri, pemanah Indonesia yang meraih gelar juara dunia dalam kejuaraan panahan tradisional di Kazakhstan 2024. Kehadiran Reno menjadi magnet tersendiri dan memberi inspirasi bagi peserta, khususnya generasi muda.
Salah satu peserta dari Sultra, Sutrio, menyampaikan rasa bangga bisa ikut berkompetisi di ajang ini.
“Kami sangat bersyukur bisa ikut. Ini bukan sekadar lomba, tapi juga wadah ukhuwah dan saling belajar antar-pemanah se-Indonesia. Semoga ke depan, even seperti ini juga bisa kita gelar di Sultra, khususnya di Kendari. Tentu butuh kerja sama dengan berbagai pihak,” ujar Kang Yoyo –sapaan Sutrio–.
Salah satu pemanah Sulawesi Tenggara lainnya, dr. Randy, juga mengungkapkan rasa bangganya bisa tampil di ajang nasional ini. Ia menilai Bosara Open Tournament menjadi pengalaman berharga untuk mengasah teknik, mental, sekaligus memperluas jaringan komunitas panahan tradisional.
“Ini pengalaman luar biasa. Bertemu banyak pemanah dari berbagai daerah membuka wawasan kita tentang variasi teknik dan semangat olahraga sunnah ini. Semoga semakin banyak even seperti ini, dan Sultra bisa jadi tuan rumah di masa depan,” kata Dokran — sapaan akrab dr. Randy–.
Turnamen ini mengusung tema “Menguatkan Umat Melalui Panahan, Menghidupkan Warisan Nabi“. Selain kompetisi, juga diberikan penghargaan untuk best costume dan berbagai kategori penilaian lainnya. (*)
Editor: Jumaddin