Raha, Panjikendari.com – Seperti tahun-tahun sebelumnya, masyarakat Pure, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, belum dapat memfungsikan masjid yang mereka idam-idamkan dalam bulan suci Ramadan kali ini.
Masyarakat Pure yang lokasinya berada di seberang lautan dari Raha, ibukota kabupaten, masih harus menguburkan impiannya untuk melaksanakan ibadah di masjid yang nyaman dan representatif.
Masjid Al-Ikhlas yang sementara dalam status rebuild (pembangunan ulang) dengan menggunakan dana swadaya masyarakat, mangkrak di tengah jalan. Masyarakat yang rata-rata berprofesi sebagai petani dan nelayan tak mampu lagi membiayai proses pekerjaan masjid usang itu.
Masjid Al-Ikhlas merupakan masjid kecamatan dibangun di Kelurahan Labunia atas inisiatif personel ABRI Masuk Desa puluhan tahun silam.
Sempat digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat. Namun karena kondisiny sudah lapuk dimakan usia, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat memutuskan untuk merenovasi berat rumah ibadah itu dengan modal swadaya.
Pada tahun 2012, dengan niat bismillah, pekerjaan dimulai. Seiring perjalanan, kondisi perekonomian masyarakat mulai serba sulit. Tuntutan kebutuhan hidup semakin tinggi.
Jangankan menyisihkan dana untuk melanjutkan pekerjaan pembangunan masjid, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah susah.
“Apa daya, tekanan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat membuat mimpi warga untuk melihat masjid baru harus tertunda,” tulis Akhmad Berryl Widyarta, dalam link Kitabisa.com.
Akhmad, pemuda asal Pure yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan magister Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, itu membuka donasi untuk membantu penyelesaian pembangunan masjid tersebut.
Dengan memanfaatkan ruang yang disiapkan Kitabisa.com, Akhmad mengajak warganet kiranya sudi membantu sesuai keikhlasan agar Masjid Al-Ikhlas Pure bisa berdiri seperti harapan masyarakat di sana.
Alhasil, dana yang terkumpul dari 11 donatur melalui link berjudul ‘Bantu Kembalikan Azan di Masjid Al-Ikhlas Pure,’ itu sudah mencapai Rp 1.701.882, sementara dana yang dibutuhkan sebanyak Rp 500 juta. Klik disini untuk donasi.
Saat dihubungi, Akhmad mengaku, langkah alternatif dengan membuka donasi sudah harus dilakukan, sebab Masjid Al-Ikhlas memang sedang membutuhkan uluran tangan dan keikhlasan para dermawan.
Proposal bantuan permohonan dana yang disebar selama ini, baik kepada pemerintah maupun kepada pihak-pihak lain, tidak dapat menolong. “Setahu saya proposal sudah disebar, tapi faktanya masjid tetap saja mangkrak,” katanya.
Sepertinya, wakil rakyat di daerah pemilihan Wakorumba Selatan bersama pemerintah daerah setempat belum mengetahui kalau ada masjid mangkrak di daerah seberang itu.
Pemerintah masih fokus dengan proyek-proyek penting, seperti, penyelesaian pembangunan masjid di tengah laut, pembangunan rumah adat, penimbunan laut, proyek pelebaran jalan di tengah hutan, serta program-program prioritas lainnya.
Akhmad sangat berterima kasih kepada para dermawan yang sudah mengulurkan tangannya. “Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan atas donasi yang diberikan. Semoga Allah azza wa Jalla memberikan balasan terbaik untuk keikhlasan hati seluruh donatur sekalian,” ucapnya.
Lantas bagaimana dengan kegiatan keagamaan selama bulan suci Ramadan ini? Akhmad mengaku, warga memanfaatkan musalah tua di kampung itu yang kondisinya tidak representatif lagi. Sementara, Masjid Al-Ikhlas masih dibiarkan telantar yang kondisinya cukup memprihatinkan.
Menurut Akhmad, masyarakat setempat sangat berharap, inisiasi dengan membuka donasi melalui link website dapat membantu keberlanjutan pembangunan Masjid Al-Ikhlas.
Ia yakin dan percaya, masih banyak orang-orang baik di luar sana yang ingin bersedekah untuk kepentingan pembangunan masjid. (jie)