Panjikendari.com– Bisnis warung kopi menjamur. Hampir di seluruh sudut-sudut kota terdapat warung ataupun kedai yang menjajakan kopi sebagai menu andalan.
Sayangnya, tidak semua kopi yang disajikan sesuai dengan selera konsumen. Nah, bagi para penikmat kopi, sepertinya harus mencoba Kahawaku sebagai teman santai dimanapun berada.
Kahawaku merupakan produk olahan kopi lokal asli Sulawesi Tenggara yang diolah secara tradisional dan semi modern. Kopi Kahawaku memiliki cita rasa tinggi dan berbeda dengan olahan kopi lainnya di Indonesia.
Kopi Kahawaku adalah nama merek dagang jenis kopi robusta yang diproduksi oleh home industry Qhiyyah RN di Kota Kendari. Nama Kahawaku berasal dari bahasa Muna, yang artinya Kopiku. Penamaan dengan karakter lokal sengaja dimunculkan, untuk memperkenalkan Kahawaku sebagai kopi lokal yang enak dan nikmat.
“Kopi Kahawaku mengandung makna, yakni K yang merupakan kecintaan, Ahawa adalah Adam dan Hawa dan Ku menunjukkkan jati diri. Sehingga Kahawaku adalah kecintaan nabi Adam dan hawa yang meretas pada komunitas masyarakat yang menikmati kopi Zaman Now Rasa Tempo Doeloe,” kata owner Kopi Kahawaku, La Ode Abdul Rajab Nadia.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO Kendari ini menjelaskan, sumber bahan baku Kopi Kahawaku diperoleh dari kebun sendiri dan beberapa kebun petani di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara, yaitu Kabupaten Muna, Konawe Selatan, dan Kabupaten Kolaka.
“Saya memanfaatkan kebun seluas 22 hektare di Kabupaten Muna dan Konawe Selatan. Pada saat panen kopi, harga biji kopi jatuh. Kemudian saya memanfaatkan kopi ini dari lahan sendiri sehingga menghasilkan produk kopi yang unggul.”
“Awalnya saya beli lahan, kebun kopi yang tidak terurus. Saya tata ulang. Saya jarangkan, saya remajakan yang sudah tua, saya beli bibit unggul di balai benih. Empat tahun berjalan langsung panen. Alhamdulillah bagus dan sekarang ini sudah diolah. Jadi Kahawaku ini sudah terbilang tiga tahun akan tetapi merek dagangnya ini baru mulai tahun ini,” tambah peneliti UHO Kendari ini.
Tahapan produksi terang Rajab meliputi, pemilihan dan penjemuran biji kopi, sangrai biji kopi dengan motode kahawaku, penggilingan dan pengemasan.
Kopi Kahawaku kini mulai dikenal masyarakat. Pemasarannya sudah menjangkau banyak pasar lokal Kota Kendari, termasuk toko oleh-oleh khas Kendari, komunitas kampus Universitas Halu Oleo, masyarakat umum, pasar luar daerah seperti Makassar, Bogor, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.
Bukan hanya itu, Kopi Kahawaku telah dipromosikan melalui pameran lokal Kota Kendari, pameran nasional termasuk dalam seminar internasional di Singapura dan Malaysia.
Kopi Kahawaku, dijadikan merek dagang oleh Home Industry Qhiyyah RN di Kota Kendari yang masuk dalam binaan Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Kota Kendari
Kopi Kahawaku sudah mendapat Izin Dinkes, dan sedang dalam proses pengurusan hak paten HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) untuk merek dagang Kahawaku di Kemenkumham.
Dibantu dengan enam karyawan, produksi Kahawaku dapat mencapai 500 – 600 kilogram per bulan. Dijual dalam kemasan modern yang aman pangan dengan berat 300 gr dan 400 gr.
“Saat ini mulai stabil pasar lokal. Sekarang kita menerima banyak pesanan dari luar daerah seperti Makassar, Bogor, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Malang yang dipesan melalui media online,” kata Rajab.
Satu kilogram Kahawaku sama dengan tiga kemasan untuk ukuran 300 gram dengan harga Rp 25.000 untuk penjualan toko. Jika dijual langsung harga Rp 30.000 per kemasan 300 gram. Masih lebih murah dibandingkan produk kopi lokal yang lain.
Kahawaku memiliki cita rasa yang unik karena dalam pengolahannya menggunakan metode Kahawaku yaitu metode yang digunakan orang tua zaman dahulu.
Pengolahannya dengan sistem semi tradisional dan semi modern. Semi tradisionalnya saat proses sangrai, ada perlakuan khusus yang digunakan oleh orang tua di Muna sehingga rasa kopinya khas.
Penggilingan menggunakan mesin kapasitas home industry. Ada yang menggunakan mesin motor dan menggunakan mesin listrik.
“Kami berharap, Kopi Kahawaku dapat menjadi pilihan para penikmat kopi untuk ngopi. Selain karena rasanya yang nikmat, harganya terjangkau, juga dapat menghidupkan kegiatan home industry lokal di Sultra,” harap Rajab.
Penulis: Jumaddin Arif
Editor : Sarfiayanti