panjikendari.com – The Haluoleo Institute (THI) merilis hasil survei elektabilitas Pemilu 2019 di Sulawesi Tenggara (Sultra), salah satunya elektabilitas calon anggota DPR RI daerah pemilihan Sultra.
Direktur Eksekutif THI, Naslim Sarlito Alimin, mengatakan, sampel survei terdiri dari 660 responden, berasal dari 17 kabupaten/kota di Sultra yang terdistribusi secara proporsional pada masyarakat yang masuk dalam DPT.
“Penentuan kabupaten/kota dan responden dengan menggunakan metode Multistage Random Sampling dengan Margin of Error kurang lebih 3,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen,” katanya.
Pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan responden yang berlangsung sejak tanggal 18 hingga 23 Februari 2019.
Dalam rilis yang dilaksanakan di Swiss-Belhotel Kendari, Minggu, 10 Maret 2019, THI mengurutkan 15 caleg DPR RI Dapil Sultra berdasarkan tingkat elektabilitasnya atau tingkat keterpilihannya.
Di posisi pertama adalah Ir Hugua dengan tingkat elektabilitas 14,2 persen, menyusul Rusda Mahmud 10,5 persen, Ir Ridwan Bae 10,2 persen, Drs H Imran MSi 3,6 persen, Drs H Umar Arsal 3,2 persen, dan peringkat keenam ada nama Fachry Pahlevi Konggoasa SE dengan tingkat elektabilitas 2,6 persen.
Kemudian ketujuh H La Pili SPd dan Hj Nirna Lachmuddin SPd masing-masing 2,1 persen, Haerul Saleh SH 2,0 persen, Tina Nur Alam 1,7 persen, Ir H LM Sjafei Kahar MSi 1,1 persen, Ir Fajar Bos Salmon Lase 0,9 persen, Muliati Saiman 0,8 persen, dan Boby Alimuddin SE 0,6 persen, lainnya 6,4 persen.
Sedangkan yang hanya memilih partai sebesar 10,3 persen. Sementara, yang belum menentukan pilihan masih ada 27,4 persen.
Dari data tersebut, Hugua dan Rusda Mahmud mampu mengungguli legislator petahana. Menurut Naslim, karena keduanya adalah mantan kontestan Pilgub Sultra yang tingkat elektoralnya tidak tergerus. Kemudian, Imran merupakan mantan Bupati Konsel dua periode, dimana Konsel merupakan dapil terbesar. Disamping itu nama Imran masih diterima oleh masyarakat Konsel.
Sedangkan caleg DPR RI incumben cenderung merosot elektabilitasnya karena salah satu faktornya adalah komunikasi dengan konsituen tidak terpeliharan dengan baik, terkecuali Ridwan dan Umar Arsal yang intens membangun komunikasi dengan masyarakat. “Misalnya Umar Arsal jalan dengan Rumah Aspirasinya,” sebut Naslim.
Mengenai nama Fachry Pahlevi Konggoasa, pendatang baru yang mampu mengungguli calon lain, Naslim menyampaikan, berdasarkan laporan dari lapangan, pergerakan Fachri agak berbeda dengan calon-calon lain yang mampu membius banyak orang, terutama di Kota Kendari, bahkan sampai Kolaka dan Buton. (jie)