panjikendari.com – Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengembangkan pemeliharaan ikan nila organik berbasis teknologi aquaponik moderen.
Kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang didanai melalui Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) skema Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) Tahun 2019.
Dekan FPIK UHO Kendari, Prof. Ir. H. La Sara, M.Si.,Ph.D, menyampaikan, kegiatan ini sejatinya direncanakan sejak dirinya menjadi dekan pada tahun 2015.
“Alhamdulillah, tahun lalu tim dari Dikti memberi support sehingga program ini dapat terlaksana seperti yang kita saksikan sore hari ini,” kata Prof La Sara dalam saat memberikan sambutan pada acara penebaran bibit ikan Nila Merah Larasati di kolam produksi FPIK, Senin, 8 Juli 2019.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Kerjasama UHO Kendari, Armid, S.Si.,M.Si.,M.Sc.,DSC, pejabat lingkup FPIK UHO Kendari, dosen, dan mahasiswa FPIK.
Prof La Sara menjelaskan, ikan yang ditebar merupakan hasil rekayasa melalui proses perkawinan antara ikan Nila yang satu dengan ikan Nila lainnya sehingga menghasilkan bibit ikan unggul.
Selanjutnya, kata dia, ikan tersebut dikembangkan dengan teknologi berbasis aquaponik moderen yang merupakan hasil desain dosen-dosen tim pelaksana kegiatan.
Untuk diketahui, terdapat empat dosen FPIK yang terlibat dalam pelaksanaan program terbut, yaitu, La Ode Abdul Rajab Nadia, S.Pi.,M.Sc sebagai ketua, beranggotakan masing-masing; Wa Ode Piliana, S.Pi.,M.Si, Rosmawati, S.Pi.,M.Si, dan La Ode Muhamad Hazairin Nadia, S.Pi.,M.Si.
Prof La Sara berharap, program ini dapat memacu kreativitas dan inovasi dosen dan mahasiswa dalam memajukan FPIK UHO Kendari. “Kolam produksi yang akan dirancang dengan teknologi moderen ini dapat berguna untuk kegiatan riset dan kewirausahaan, sesuai visi FPIK yaitu menguasai ilmu pengetahuan teknologi yang berjiwa kewirausahaan,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Prof La Sara menyampaikan, karena bibit ikan yang akan dikembangkan masih didatangkan dari luar daerah maka guru besar ilmu perikanan dan kelautan tersebut menantang para dosen FPIK untuk menciptakan bibit unggul sendiri, tanpa harus didatangkan lagi dari luar.
“Saya kira kalau untuk hal-hal positif seperti ini, kampus akan siap mem-backup. Kita harus dukung kegiatan-kegiatan seperti ini. Jadi, kalau misalnya mulai dari pembenihan sampai produksi dilakukan dalam kampus, apalagi kalau pengembangannya berbasis teknologi moderen maka saya yakin ini akan menjadi ikon fakultas, bahkan ikon universitas,” tantangnya.
Dengan demikian, lanjut dia, kedepan, kolam produksi ikan FPIK akan menjadi sarana yang bermanfaat, baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen. Bahkan, akan menarik perhatian masyarakat dari luar kampus yang ingin belajar berwirausaha dalam menciptakan dan mengembangkan bibit ikan unggul dengan teknologi moderen.
“Yang pada akhirnya akan tercipta lapangan kerja baru, serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen di luar kampus,” jelasnya.
Sementara itu, dosen FPIK UHO Kendari sekaligus Ketua Tim Pelaksana Program, La Ode Abdul Rajab Nadia, S.Pi.,M.Sc, menyampaikan, kegiatan ini sudah terlaksana sejak Maret 2019, yang dimulai dengan penataan kolam.
“Usaha budidaya ini berbasis aquaponik. Kami akan mengembangkan ikan Nila Merah Larasati. Varian terbaru. Hasil perkawinana antara ikan Nila Merah Kunti dan ikan Nila Pandu,” jelas Rajab.
Menurut Rajab, ikan varian baru ini direkayasa untuk mengatasi menururnnya stok ikan kakap merah di Indonesia. “Nila Merah Larasti ini ada dua keunggulan, pertama, struktur dagingngnya sama dengan ikan kakap merah. Kedua, pertumbuhannya 40 persen lebih cepat dibanding ikan nila lain,” terang Rajab.
Rajab mengatakan, bibit ikan Nila Merah Larasati tidak ada di Sultra. Dipesan dari Bogor. Tahap awal ada 8.000 bibit ditebar pada dua kolam yang sudah dibuat. Pengembangannya menggunakan teknologi aquaponik moderen.
“Hari ini kita mulai tebar ikannya, setelah itu kita akan desain hidroponiknya. Mudah-mudahan pihak Kemenristekdikti lebih cepat menurunkan amunisinya supaya kita bisa desain,” harapnya.
Sebagai gambaran desain hidroponik, Rajab memaparkan, di sisi kolam akan dipasangkan hidroponik. “Kita akan buat sirkulasi air yang terpencar di setiap pojok kolam. Itu tahun pertama. Tahun kedua kita akan buat kincir air untuk meningkatkan kepadatan ikan, tahun ketiga kita akan menambah kincir. Jadi, mudah-mudahan akan terpola dengan baik,” paparnya.
Rencananya, kata dia, tahun pertama akan menebar 20 ribu bibit ikan, terbagi dua tahap. Tahap pertama, dua kolam dengan kapasitas 8 ribu ekor. Tahap kedua 12 ribu ekor di kolam satunya lagi.
“Insya Allah, dengan pergerakan bisnis, kita bisa memenuhi kebutuhan pasar di Sulawesi Tenggara,” kata Rajab.
Menurut Rajab, program ini untuk memotivasi mahasiswa calon wirausaha baru bagi mahasiswa terpilih yang mempunyai desain bisnis. Mahasiswa akan dilatih teknik budidaya ikan berbasis teknologi aquaponik dan dilatih tentang kewirausahaannya. (jie)