Panjikendari.com – Kehadiran pemain-pemain Muslim di Eropa semakin meningkat, dan peran mereka di dalam budaya sepakbola memberi perubahan yang signifikan.
Seperti yang diketahui, Muslim dilarang untuk melakukan judi, meminum minuman beralkohol dan juga memiliki rutinitas ibadah yang tinggi, seperti shalat dan tentu saja puasa di bulan Ramadhan.
Tak pelak hal itu memunculkan dilema dan kompleksitas di industri sepak bola. Setiap Ramadahan tiba, ada dua pertanyaan yang umum muncul, yaitu bagaimana pesepak bola Muslim menyikapinya, dan apakah hal tersebut akan mengganggu.
Justru sejauh ini belum ada pedoman tetap yang mendefinisikan tentang masalah ini. Meski demikian, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) yang membadani para pesepak bola dunia sudah memberikan perhatian soal hal ini. Di kompetisi sepak bola Indonesia dengan mayoritas Muslim, ada dua pengondisian yang umum dilakukan menyambut bulan puasa.
Pertama, jadwal libur kompetisi akan lebih sering, baik pada awal atau akhir Ramadhan. Bahkan, bisa saja libur penuh selama sebulan. Sementara yang kedua, setiap latihan atau pertandingan digelar pada malam hari atau selepas buka puasa.
Di belahan bumi lain, khususnya Eropa, beberapa pesepak bola Muslim berhadapan dengan dilema keimanan menyambut Ramadhan. Di tengah kesibukan, mereka dituntut tidak makan dan minum sejak terbit hingga terbenam matahari.
Sebagian memutuskan tetap berpuasa, kendati rintangan yang dihadapi sangat berat. Bagaimana tidak, dengan kompetisi memasuki tahap akhir di Eropa, mereka harus selalu fit dalam menjalani latihan dan pertandingan. Tak heran, ada pemain yang memutuskan tidak berpuasa selama Ramadhan.
Keputusan itu bisa dimaklumi. Apalagi waktu puasa di sebagian besar negara Eropa bisa lebih panjang ketimbang wilayah lain di bumi ini, termasuk Timur Tengah atau pun dataran Asia. Jika umat Muslim di Asia hanya butuh sekitar 12 jam berpuasa dalam sehari, di beberapa negara Eropa bisa sampai 16-22 jam per hari.
Beberapa pemain memaksa untuk berpuasa setiap hari. Pemain lain mungkin berpuasa di hari latihan tetapi tidak di hari pertandingan. Klub biasanya melakukan kompromi, tetapi tetap bukan periode yang mudah bagi pelatih ataupun sang pemain.
“Saya berusaha menghargai agama saya dan mengikutinya sebaik yang saya bisa,” ujar Fredrick Kanoute ketika masih membela Sevilla. “Terkadang sulit untuk tetap berpuasa karena di Spanyol bagian Selatan sangat panas, tetapi saya dapat melakukannya, saya bersyukur pada Tuhan.”
Pada 2009, juga sempat terjadi sedikit ‘insiden’ di Italia saat pertandingan antara FC Internazionale menghadapi Bari yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Jose Mourinho, ketika masih menangani Inter, mengganti Sulley Ali Muntari, yang memilih tetap terus berpuasa meski hari pertandingan, ketika pertandingan hanya berjalan setengah jam.
Berbeda hal dengan gelandang Arsenal berdarah Turki, Mesut Ozil, yang lebih sering menangguhkan puasa selama Ramadhan. Apa yang dijalani Ozil pun banyak dilakukan sebagian besar pesepakbola Muslim yang pernah berkarier di Eropa.
Penyerang sayap Liverpool asal Mesir, Mohamed Salah, dikenal sebagai salah satu Muslim yang taat. Akan tetapi, ada beberapa momen ketika Salah memutuskan menangguhkan puasa Ramadhan. Salah satunya ketika Liverpool menghadapi Real Madrid pada final Liga Champions tahun lalu, 25 Mei 2018.
Beberapa Pemain Muslim Top Di Eropa |
Nama | Klub |
Negara |
Mesut Ozil | Arsenal | Jerman |
Sami Khedira | Juventus | Jerman |
Karim Benzema | Real Madrid | Prancis |
Paul Pogba | Manchester United | Prancis |
Mohammed Salah | Liverpool | Mesir |
Sadio Mane | Liverpool | Senegal |
Xerdan Shakiri | Liverpool | Swiss |
Shkodran Mustafi | Arsenal | Jerman |
Granit Xhaka | Arsenal | Swiss |
Edin Dzeko | AS Roma | Bosnia |
Riyad Mahrez | Manchester City | Aljazair |
Samir Handanovic | FC Internazionale | Slovenia |
Ilkay Gundogan | Manchester City | Jerman |
Ngolo Kante | Chelsea | Prancis |
Ousmane Dembele | Barcelona | Prancis |
Miralem Pjanic | Juventus | Bosnia |
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/pr8yuq299/dilema-pesepak-bola-muslim-berpuasa