Sebagai bagian dari civitas akademika Universitas Halu Oleo (UHO), saya merasa sangat bangga dan terharu menyaksikan proses pemilihan rektor UHO periode 2025–2029 untuk menentukan 3 besar yang akan didorong ke menteri berlangsung dengan penuh integritas, kedewasaan, dan semangat akademik yang tinggi.
Awalnya, tersiar kekhawatiran akan munculnya polarisasi pemilih berdasarkan kesukuan—sebuah isu murahan, kampungan, dan sama sekali tidak pantas hadir di ruang akademik. Namun fakta membuktikan sebaliknya: isu itu gagal total! Para anggota senat UHO memilih untuk berdiri tegak menjaga marwah kampus ini, menjauh dari fanatisme sempit dan memilih untuk menatap masa depan kampus yang lebih besar, lebih global, dan lebih berperan bagi bangsa.
Saya memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh anggota senat UHO, serta kepada Rektor UHO Prof. Muhammad Zamrun, yang berhasil menciptakan iklim akademik sehat dan dewasa. Hilangnya aroma polarisasi dalam Pilrek ini merupakan warisan besar Prof. Zamrun dalam membangun UHO sebagai pusat peradaban ilmu yang menjunjung tinggi rasionalitas dan kesetaraan.
Apa yang terjadi di Pilrek UHO ini seirama dengan denyut demokrasi rakyat Sulawesi Tenggara dalam Pemilihan Gubernur 2024 lalu. Ketika banyak yang meragukan ASR karena latar belakang etnisnya, rakyat Sultra menunjukkan kedewasaan politik yang luar biasa: lebih dari 52,28% memilih ASR sebagai Gubernur. Ini adalah tamparan telak bagi politik identitas. Ini adalah perayaan akal sehat!
Kedua peristiwa ini—Pilrek UHO dan Pilgub Sultra—bukan sekadar peristiwa elektoral. Ini adalah titik balik sejarah. Ini adalah nafas segar demokrasi Bumi Anoa. Ini bukti bahwa kita telah bergerak dari sekat-sekat lama menuju era baru yang lebih inklusif, rasional, dan meritokratis.
Saya berharap, pasca Pilrek maupun pasca Pilgub, penyusunan kabinet di UHO dan di Pemprov Sultra dilakukan bukan berdasarkan kedekatan suku, tapi berdasarkan profesionalisme. Kita ingin UHO dipimpin oleh ilmuwan sejati, dan Sultra oleh birokrat unggul. Karena hanya dengan cara itulah kita bisa membawa kemajuan yang nyata—bukan sekadar janji, tapi kesejahteraan yang bisa dirasakan oleh seluruh rakyat.
Mari kita dorong agar UHO menjadi motor penggerak riset yang berdampak, menjadi mitra strategis industri dan pemerintah, dan menjadi pilar kuat dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Terima kasih UHO. Terima kasih Sultra. Kalian sedang menulis sejarah yang akan dibaca dengan bangga oleh generasi mendatang.
Penulis: Hamiruddin Udu
(Dosen UHO | Mantan Ketua Bawaslu Sultra dua periode)