Tak ingin masuk dan mengkomentari duduk perkara yang kini dialami Prof Usman Rianse, tetapi kabar ditahannya Guru Besar Ilmu Pertanian ini cukup mengagetkan kami. Sebagai anak yang juga pernah merasakan berdampingan langsung saat menceburkan diri sebagai aktivis kampus di eranya, rasanya tak percaya beliau bakal menjadi pesakitan.
Saya pertama kali mengenakan almamater Universitas Haluoleo Kendari 2006, pada masa kepemimpinan Prof Mahmud Hamundu, lalu beberapa tahun berikutnya, saya pun menjadi saksi sejarah pergantian pucuk pimpinan dari dua orang yang luar biasa ini, saya merasakan revolusi kehidupan kampus saat dipimpin Prof Usman Rianse. Kedua nama yang saya sebutkan, merupakan sosok yang sangat menginspirasi dan punya andil merubah karakter saya sebagai anak kampung yang ditempa kehidupan organisasi yang hingga kini manfaatnya masih terasa.
Ya, Prof Usman dikenal sebagai Rektor yang punya pendirian kuat, dan saya yakin usahanya mendirikan Rumah Sakit adalah bagian cita-cita luhurnya dalam membantu civitas akademika serta masyarakat sekitar kampus untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang terbaik.
Sejak Prof Usman didapuk memimpin universitas terluas di Indonesia ini, ada beberapa gebrakan berani yang dilakukan, termasuk melakukan normalisasi kehidupan masyarakat kampus, memberi fasilitas lanjut studi gratis, mendirikan beberapa gedung kampus dan fakultas, bahkan di masa pria yang kini mendekam di sel sebagai tahanan ini, dahulunya banyak melakukan lobi untuk bantuan pendidikan murah dan beasiswa bagi masyarakat kurang mampu dan anak berprestasi.
Seorang guru besar yang berjiwa besar dan juga bercita-cita besar mewujudkan kampus yang humanis kental dengan suasana ilmiah, kampus Unhalu yang olehnya diubah menjadi UHO, benar-benar memasuki masa keemasan, perubahan besar-besar dilakukan.
Prof Usman, saat itu banyak mendapatkan protes dari anak-anaknya yang latah melihat kehidupan normal yang baru. Pendiriannya sering diuji melalui aksi-aksi demonstrasi, boikot perkuliahan, pendudukkan rektorat. Namun Prof UR tetap kokoh dalam pendirian demi mewujudkan keinginan besarnya.
Prof UR terlepas anggapan kontroversi yang sering disematkan kepadanya, saya dan semua anak-anaknya kala itu bersaksi, beliaulah yang merubah kesan kampus yang identik dengan premanisme menjadi kampus yang aman dan damai, indah dan nyaman untuk belajar menempah diri dan karakter.
Tangan dingin Prof Usman Rianse lah yang merubah kampus kangkung menjadi taman asri yang indah dan dapat dinikmati buat belajar mahasiswa.
Sebagai anak yang sedikit bandel, tak jarang kami berseberang paham. Hingga kini bahkan tak banyak yang tahu, jika saya beberapa kali harus mengirim short massage service (SMS) yang bernada protes ke nomor pribadi beliau. Apa yang terjadi? Hampir setiap jelang subuh, waktu yang saya yakini beliau terbangun buat salat malam atau bahkan belum tidur, Prof UR membalas pesan, yang ketika kita baca itu merupakan pesan yang panjang dan membutuhkan beberapa halaman.
Balasan-balasan SMS saya terima (saat itu belum ada WhatsApp), yang intinya beliau meminta dipahami, jika segala kebijakannya demi menjaga keseimbangan demi rasa keadilan warga kampus, tak lupa diselipkan nasehat, nalurinya sebagai orang tua bekerja bimbingan untuk hidup rukun sesama warga kampus tak pernah bosan beliau ingatkan.
Kelak, pesan itu membuat saya sadar, betapa beratnya menjadi pemimpin di sebuah lembaga yang dipenuhi orang-orang cerdas dengan beragam karakter, budaya dan kebiasaan. Prof UR mampu mengayuh roda kampus menuju arah yang semestinya dan tujuan mulia.
Prof, jika mereka yang baru mengenalmu, mungkin mereka tidak pernah melihat, Prof sebagai ayah yang bertanggungjawab, sebagai mana kami menyaksikan, bagaimana Prof mengantar ‘Ilma’ anak Prof, yang juga teman kelas kami ke Sekolah menengah pertama di belakang kampus tempatmu mengabdi.
Prof, kini anakmu hanya bisa menitip doa, berbekal keyakinan bahwa orang tua kami Prof Usman benar orang baik. Semoga badai ini cepat berlalu. Sudah saatnya Ayahanda Prof, menikmati waktu istrahat, masa dimana Ayahanda fokus menggendong dan bermain dengan cucu-cucu tercinta. Bukankah sebagaian besar hari-hati lalu Prof, bergelut peluh dan keringat demi membangun karakter bangsa sebagai pengajar?
Yang tabah Prof, ujian ini menurut kami adalah ujian kehidupan, meski kami paham profesor adalah strata tertinggi secara keilmuan. Tetaplah kokoh seperti dahulu, sebagaimana Prof kuat dalam memimpin kampus kami dulu.
Yakinlah, doa-doa dari kami anak-anakmu terus mengalir tanpa henti, agar Ayahanda Prof Usman diberi kekuatan oleh Sang Pencipta, tempat terakhir kita menyandarkan harapan dan pertolongan. Doa dari ratusan ribu anak yang sempat merasakan lembutnya Ayahanda dalam mengayomi dan membimbing kami. Kami yakin Ayahanda sabar dan ikhlas.
Percayalah Prof, ada hikmah dan kenikmatan hidup yang Tuhan selipkan dibalik cerita ini. Kami anakmu, selalu sayang dan sentiasa membersamaimu. Ayahanda tidak sendirian. Dari anakmu yang kini merantau. (**)
Catatan: Maul Gani (Alumni UHO angkatan 2006)