Di pagi yang cerah dan penuh harapan di Kota Kendari, semangat menyambut Idulfitri 1446 Hijriah telah mewarnai sudut kota. Ahad pagi, 30 Maret 2025, sejumlah warga Kendari mulai menggelar ibadah Shalat Idulfitri. Di halaman Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama, antusiasme terlihat jelas ketika jamaah mulai berkumpul sejak pukul 06.00 WITA. Langit cerah dan udara segar menyatu dengan suara takbir yang menggema, menciptakan irama kekhidmatan dan kebersamaan yang menyatukan setiap hati dalam iman.
Prosesi yang berlangsung di SIT Insantama dimulai dengan sambutan hangat dari Syamsu Alam, perwakilan panitia pelaksana. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa penetapan Idulfitri telah ditetapkan berdasarkan Rukyatul Global mengenai hilal. Pada hari Ahad, 30 Maret 2025, telah ditetapkan sebagai 1 Syawal 1446 H, sesuai dengan hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal. Berbukalah Idulfitri kalian karena melihat hilal. Jika hilal tidak terlihat, maka sempurnakanlah hitungan Syaban menjadi 30 hari.”
Pesan ini menggugah setiap jamaah untuk menyambut hari kemenangan dengan rasa syukur atas perjalanan spiritual selama 29 hari puasa.
Sementara itu, berdasarkan hasil sidang isbat, pemerintah menetapkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025. Perbedaan waktu ini tidak mengurangi semangat, bahkan menambah nuansa keberagaman perayaan di Kendari. Selain di Kendari dan beberapa daerah lainnya, di Masjid Kota Tua Wuna juga dikabarkan melaksanakan shalat Idulfitri hari ini juga.
Dalam sambutannya, Syamsu Alam menyampaikan pesan yang menyentuh hati. Beliau mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur atas kemenangan iman dan ketakwaan kepada Allah setelah 29 hari penuh kita ditempa untuk menjadi hamba-Nya yang lebih taat.
“Saudara-saudara, hari yang suci ini adalah momentum peningkatan iman dan ketaatan kepada Allah. Marilah kita rayakan bersama dengan penuh syukur,” ucapnya dengan tulus.
Di balik kebahagiaan yang terpancar di wajah setiap jamaah, terselip juga kepedulian mendalam terhadap saudara-saudara di Palestina yang masih menderita akibat serangan Zionis.
Syamsu Alam mengajak umat untuk tidak melupakan mereka yang tengah berjuang di tengah derita, dengan harapan agar doa dan pertolongan Allah segera turun untuk membebaskan mereka.
“Semoga pertolongan Allah segera turun dan tegaknya khilafah alam menandakan kebebasan sejati bagi mereka,” ungkapnya.
Harapan yang tinggi juga tercermin dari doa untuk persatuan umat. Di tengah keberagaman dan perbedaan, terselip harapan agar Idulfitri tahun ini menjadi Idulfitri terakhir yang menyaksikan perpecahan, sehingga umat Islam di seluruh dunia dapat bersatu dalam kebahagiaan dan keharmonisan. Suasana penuh harapan dan doa itu pun melingkupi setiap jiwa yang hadir, menguatkan tekad untuk terus meningkatkan keimanan, memperkuat solidaritas, dan mendoakan keselamatan bagi seluruh saudara seiman di seluruh dunia.
Momen shalat Id di Kendari hari ini tidak hanya menjadi simbol kemenangan iman, tetapi juga cerminan nyata dari semangat persatuan, harapan, dan kepedulian terhadap sesama. Suasana yang sakral dan penuh kehangatan menyatukan setiap insan dalam satu ikatan spiritual, mengukir kenangan yang akan terus dikenang sebagai awal dari perjalanan baru menuju kedamaian dan persatuan umat.
Tak lama setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan takbir terpimpin yang disuarakan dengan khidmat oleh Ustadz Ali Murid, Ustadz Amrul Hasan, dan Ustadz Syahril Abu Khalid. Suara takbir yang menggema seolah mengajak seluruh warga untuk menapaki hari dengan keimanan yang mendalam. Ustadz Arwin Sholihin kemudian memberikan tuntunan pelaksanaan shalat Id dengan penuh khidmat, sebelum Imam Ustadz Darwin Abdul Gani memimpin rangkaian ibadah tersebut. Khotbah yang disampaikan oleh KH Amrin Amrullah semakin menguatkan pesan ukhuwah dan keimanan, menyatukan seluruh jamaah dalam doa dan harapan.
Berikut Khutbah lengkap yang dibacakan KH Amrin Amrullah:
Khutbah Idul Fitri 1446 H
IDUL FITRI: MOMENTUM PERUBAHAN DARI KEGELAPAN KAPITALISME-SEKULER MENUJU CAHAYA ISLAM
Khutbah Pertama
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله وحده، صدق وعده ونصر عبده، وأعز جنده، وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله، جعل القرآن نورًا يُضيء لدروب العالمين، وشرّع لنا شريعة تُصلح حال الأولين والآخرين، وأخرجنا من ظلمات الجهل والظلم إلى سناء الهدى واليقين. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، شهادة يُتقرب بها ظلام الضلال إلى نور اليقين. وأشهد أن سيدنا محمداً عبده ورسوله الذي جاء ليُبين للناس فصلاً ما بين الجاهلية وظلمات الطغيان، وصلى الله وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.
أما بعد: فيا أيها المسلمون الكرام، أوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون، فإن الله سبحانه وتعالى يقول في كتابه الكريم: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ (آل عمران: 102)
وقال الرسول صلى الله عليه وسلم: «إن الله يرفع بهذا الكتاب أقوامًا، ويضع به آخرين» (رواه مسلم).
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah,
Segala pujian hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Dialah Tuhan Yang telah memberi kita kesempatan. Kesempatan untuk menapaki Bulan Suci Ramadan, mengarungi samudera penghambaan, serta membawa kita ke mimbar kemenangan. Itulah Idul Fitri yang sedang kita rayakan. Dengan penuh kegembiraan.
Benar. Hari ini kita berdiri di atas mimbar kemenangan. Kemenangan dalam melawan hawa nafsu dan godaan setan. Kemenangan yang tak hanya dirayakan dengan takbir dan tahmid yang kita lantunkan, tetapi juga dengan sujud dan syukur yang kita tunjukkan.
Pada hari yang mulia ini kita bergembira. Tentu bukan semata karena kita kembali berbuka, tetapi terutama karena Allah SWT telah menjanjikan dua kebahagiaan kepada orang yang berpuasa. Demikian sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
للصائم فرحتان، فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه
Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat berjumpa (di Akhirat) dengan Tuhannya (HR al-Bukhari dan Muslim).
Karena itu kebahagiaan sejati tentu bukan terletak pada rasa lapar dan dahaga yang mampu kita atasi setiap hari. Juga bukan terletak pada rasa lelah dan kantuk yang sukses kita lewati selama bulan suci. Kebahagiaan sejati adalah saat kita berhasil meraih ketakwaan hakiki. Sebabnya, itulah tujuan utama puasa Ramadan yang kita jalani. Demikian sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah,
Sayangnya kebahagiaan ini masih bercampur dengan kesedihan yang menyayat hati. Ramadan yang penuh dengan keberkahan ini masih saja kita jalani dalam ruang gelap peradaban. Pasalnya, negeri ini, bahkan Dunia Islam, telah lama tenggelam dalam sistem kapitalisme-sekuler yang mencabut keberkahan. Bahkan menjauhkan manusia dari cahaya Islam.
Lihatlah di tanah air kita sendiri. Aneka kezhaliman makin menusuk hati. Ragam sumber daya alam dieksploitasi. Bukan untuk kepentingan rakyat yang merintih setiap hari, tetapi untuk dinikmati oleh segelintir oligarki. Jutaan hektar hutan pun dibabat, semata-mata demi kepentingan sesaat. Itu pun bukan untuk kemaslahatan rakyat, tetapi untuk menambah pundi-pundi kekayaan para konglomerat.
Di sisi lain mega korupsi terus menggerogoti negeri. Utang negara dan bunganya terus membumbung tinggi. Aneka pajak makin membebani. Tanah rakyat begitu mudah dirampas oleh oligarki. Angka pengangguran makin menjadi-jadi. Kemiskinan makin menyesakkan dada.
Kita juga menyaksikan dekadensi moral makin fatal. Pinjol dan judi makin tak terkontrol. Aneka kejahatan makin mengkhawatirkan. Dari mulai kasus perzinaan, pemerkosaan, LGBT, narkoba, pembunuhan dan ragam kejahatan yang lain. Hukum makin tumpul ke atas, tetapi makin tajam ke bawah. Akibatnya, keadilan makin jauh dari harapan. Semua kerusakan itu terjadi akibat ulah manusia yang melupakan aturan Tuhan. Demikian sebagaimana Allah SWT nyatakan:
“ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ”
“Telah nyata kerusakan, di daratan dan di lautan, karena ulah manusia. Dengan (kerusakan) itu Allah berkehendak agar manusia dapat merasakan sebagian akibat dari ulah mereka itu. Mudah-mudahan (dengan itu) mereka kembali (taat kepada Allah)” (TQS ar-Rum [30]: 41).
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah.
Di tengah gema takbir Idul Fitri, kita masih menyaksikan penderitaan saudara-saudara seiman yang makin mengiris hati. Mulai dari Myanmar, Xinjiang, Yaman, India hingga Palestina. Darah umat Islam pun terus ditumpahkan. Bahkan Bulan Ramadhan kaum zionis Yahudi justru semakin beringas melakukan pembantaian. Semua ini seolah menegaskan kebenaran firman Allah SWT dalam al-Quran:
“وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا”
“Mereka (kaum kafir) tidak akan berhenti memerangi kalian sampai mereka berhasil mengeluarkan kalian (murtad) dari agama kalian jika saja mereka mampu (berbuat demikian)” (TQS al-Baqarah [2]: 217).
Akan tetapi, sungguh ironi. Sebagian penguasa Muslim, terutama para penguasa Arab, bukannya memerangi entitas Yahudi. Mereka justru memilih berdamai dan melakukan normalisasi. Mereka bahkan berteman akrab dengan entitas Yahudi. Padahal Allah SWT tegas telah berfirman:
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ”
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab (penolong/pemimpin) kalian (TQS al-Maidah [5]: 51).
Para penguasa tersebut begitu tega mengkhianati saudara-saudara mereka. Bahkan mereka berani mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya, yang telah menyuruh mereka melindungi umatnya. Padahal Allah SWT telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Jangan pula kalian mengkhianati amanah-amanah kalian, sementara kalian tahu (TQS al-Anfal [8]: 27).
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الحَمْدُ.
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah,
Apakah keadaan ini akan kita biarkan sampai merusak semua sendi kehidupan, termasuk menghancurkan keluarga kita? Jawabannya tentu tidak! Kita harus segera keluar dari kegelapan dunia ini. Menuju cahaya Islam yang menerangi. Caranya tidak lain dengan segera menerapkan hukum-hukum al-Qur’an. Cukuplah firman Allah SWT berikut menjadi alasan:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah sistem hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik hukumnya dibandingkan dengan (hukum) Allah bagi kaum yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50).
Sesungguhnya agama ini diturunkan untuk membawa umat manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Al-Qur’an pun diturunkan untuk menyelamatkan umat manusia menuju cahaya Ilahi. Allah SWT telah berjanji:
الر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Alif, laam, raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (TQS. Ibrahim [14]: 1)
Bukankah kita telah menyaksikan bahwa Rasulullah Saw dengan al-Qur’an telah membawa bangsa Arab dari kegelapan hidup jahiliah menuju peradaban agung yang penuh berkah? Membawa bangsa yang buta huruf, penyembah berhala, penuh dengan tahayul dan khurafat menjadi kaum beriman yang berpikiran cemerlang, unggul, dan tak terkalahkan? Selanjutnya cahaya ini dibawa untuk membebaskan umat manusia di dua pertiga dunia menuju kehidupan yang memuliakan setiap insan.
Maka apakah pantas seorang muslim meragukan janji Rabbnya terhadap agama ini? Janji yang datang dari langit, dibawa manusia paling mulia dalam kitab yang juga mulia. Bahwa Allah Ta’ala telah berjanji akan mendatangkan keberkahan manakala iman dan takwa terwujud dalam kehidupan. Firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan buka atas mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al-A’raf [7]: 96)
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah,
Berbagai kerusakan yang sudah begitu nyata adalah bukti yang tak bisa dibantah bahwa aturan hidup selain Islam hanya mendatangkan kesengsaraan. Komunisme telah bangkrut setelah menciptakan bencana kemanusiaan, dan hari ini kapitalisme juga kita saksikan sedang di ujung ajalnya. Bukankah telah tampak tanda-tanda itu di depan mata?
Sedangkan di tangan kita, wahai kaum muslimin, telah ada sistem kehidupan yang mulia, yang telah berhasil menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Ideologi yang membebaskan manusia dari perbudakan sesama manusia menuju penghambaan hanya pada Allah yang Maha Pencipta. Ideologi yang mengeluarkan manusia dari kesempitan hidup dunia menuju kelapangan hidup. Ideologi yang membawa manusia keluar dari berbagai kezhaliman agama dan aturan lain menuju aturan hidup yang berkeadilan.
Sesungguhnya semakin gelap malam justru semakin menunjukkan akan terbitnya fajar yang terang benderang. Demikian pula keadaan umat yang hari ini kian terpuruk, justru pertanda akan datangnya cahaya kemenangan Islam. Dengan syarat, umat ini berjuang hanya untuk memenangkan Islam, bukan yang lain.
Alhasil, mari kita akhiri era kegelapan ini. Mari kita campakkan akar penyebabnya. Tidak lain ideologi kapitalisme-sekuler yang terbukti rusak dan merusak semua tatanan yang ada. Mari kita segera menghidupkan cahaya Islam. Bukan hanya di sudut-sudut hati. Bukan sekadar di dalam diri pribadi. Tapi juga di tengah-tengah masyarakat dan di dalam institusi negara. Mari kita hidupkan cahaya Islam itu di semua lini kehidupan.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
الحمد لله الذي كرّم هذه الأمة بشريعته الكاملة، وخصّ بها نبوّته الكريمة، وأعزها بالخلافة الراشدة على منهاج النبوة، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، لا نبيّ بعده، أرسله برسالته الخاتمة، وأحكامه الشريعة، لمصالح كلّ شبكة الحياة، صلى الله عليه وعلى آله وذريّته وأصحابه، صلاةً تجلب الخير والفلاح ورضوانه، في الدين والدنيا والآخرة.
أما بعد: فاتّقوا اللهَ المُتَّقُونَ الكِرَامَ، فَإنَّ اتِّقَاءَ اللهِ حَقَّ اتِّقَائِهِ، وَاعْلَمُوا: إنَّ الأُمَّةَ لَا تَنْهَضُ إِلَّا بِنُورِ الإِسْلَامِ، وَلَا تَخْرُجُ مِنْ أَزَمَاتِهَا إِلَّا بِتَطْبِيقِ الشَّرِيعَةِ، وَأَحْكَامِ القُرْآنِ، فَقَدْ قَالَ عَزَّ وَجَلَّ:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وقال صلى الله عليه وسلم:
“يبشر هذه الأمة بالسَّعَادَةِ والرَّفْعَةِ والدِّينِ والتمكينِ في الأرضِ” [رواه أحمد]
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Ma’asyiral Muslimiin rahimakumullah,
Di tengah kegelapan peradaban dunia saat ini, termasuk kegelapan yang dialami bangsa ini, hanya ada satu cahaya yang mampu menerangi. Itulah cahaya Islam. Cahaya yang bersumber dari al-Quran. Demikian sebagaimana yang Allah SWT firmankan:
الر ۚ كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Alif Laam Raa. Inilah Kitab (Al-Quran) yang Kami turunkan kepada dirimu (Muhammad) agar kamu mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dengan izin Tuhan mereka, mereka menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji (TQS Ibrahim [14]: 1).
Namun sayang, sebagian kalangan masih tetap menaruh harapan pada sistem demokrasi untuk membawa perubahan. Tentu harapan itu ibarat meniti cahaya dari bara api yang padam. Faktanya, sistem demokrasi inilah – sebagai subsistem dari ideologi kapitalisme-sekuler – yang justru menjadi akar segala persoalan.
Padahal Allah SWT telah memberi kita petunjuk yang jelas. Allah SWT pun telah memberi kita solusi tuntas. Itulah al-Quran yang merupakan satu-satunya pilihan orang-orang waras. Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
(Itulah) Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia, juga berisi berbagai penjelasan atas petunjuk tersebut, sekaligus sebagai pembeda (antara yang haq dan yang batil) (TQS al-Baqarah [2]: 185).
Karena itu jalan keluar dari kegelapan ini hanya satu, yakni kembali pada Islam secara kaaffah. Tidak lain dengan menegakkan kembali total syariahnya yang penuh berkah. Demikian sebagaimana yang Allah SWT titahkan:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةًۭ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara total! Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu adalah musuh kalian yang sangat nyata (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Sungguh, hanya dengan Islam yang diterapkan secara kaaffah, umat ini akan kembali meraih ‘izzah. Seperti masa Baginda Rasulullah saw. yang mampu mengangkat derajat bangsa Arab menjadi mulia. Seperti masa Khulafaur Rasyidin yang sanggup menaklukkan adidaya Romawi dan Persia. Seperti masa Kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz yang mampu mensejahterakan rakyatnya secara merata. Seperti masa Kekhilafahan Abbasiyah yang segala kemajuan sains dan teknologinya yang luar biasa dan menginspirasi dunia. Seperti peradaban Islam di Andalusia yang menerangi daratan Eropa.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Ma’aasyiral Muslimiin rahimakumullaah.
Karena itu Idul Fitri hari ini sejatinya bukanlah sekadar perayaan, ia adalah seruan. Seruan untuk mencampakkan segala bentuk kekufuran. Seruan untuk keluar dari ruang gelap peradaban kapitalisme-sekuler yang diselimuti aneka krisis personal dan sosial. Sekaligus seruan untuk menegakkan kembali syariah Islam dalam semua aspek kehidupan. Demi membangun kembali peradaban yang berbasiskan al-Quran. Sebabnya, hanya dengan al-Quran kita akan meraih segala kemuliaan dan keberkahan. Cukuplah firman Allah SWT yang menjadi jaminan:
وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Inilah Kitab al-Quran yang telah Kami turunkan dengan penuh keberkahan. Karena itu ikutilah al-Quran dan takutlah kalian (dari upaya menyelisihi al-Quran) agar kalian dirahmati (oleh Allah) (TQS al-An’am [6]: 155).
Untuk itu, mari kita amalkan seluruh isi al-Quran. Mari kita terapkan semua hukum dan aturan al-Quran. Hanya saja, pengalaman dan penerapan semua kandungan al-Quran, termasuk semua hukum dan aturan al-Quran, membutuhkan sebuah kekuasaan. Tidak lain kekuasaan Islam. Kekuasaan Islam itulah yang sejak awal Rasulullah saw. mohonkan kepada Allah SWT dan beliau perjuangkan. Demikian sebagaimana yang Allah SWT isyaratkan dalam al-Quran:
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا
Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku, masukkan diriku (ke Kota Madinah) dengan cara masuk yang benar, keluarkanlah aku (dari Makkah) dengan cara keluar yang benar, dan berilah aku dari sisi-Mu kekuasaan yang menjadi penolong.” (TQS al-Isra’ [17]: 80).
Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengutip pernyataan Qatadah ra: “Di dalam ayat ini jelas Nabi saw. telah menyadari bahwa beliau tidak bisa hidup tanpa adanya kekuasaan yang menaungi ia dan kecuali dengan dukungan kekuasaan. Karena itu beliau memohon kepada Allah kekuasaan yang menjadi penolong bagi Islam dan syiar-Nya, serta kewajiban-kewajiban-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’aan al-‘Azhim, 5/111).
Atas dasar hal demikian, wajar jika para ulama menjadikan agama dan kekuasaan sebagai dua perkara yang tak boleh dipisahkan. Demikian sebagaimana Imam al-Ghazali rahimahullaah nyatakan:
الدِّيْنُ وَالمُلْكُ تَوْأَمَانِ مَثَلُ أَخَوَيْنِ وُلِدَا مِنْ بَطْنٍ وَاحِدٍ
Agama dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar; seperti dua saudara yang dilahirkan dari perut (rahim) yang sama (Al-Ghazali, At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk, 1/19).
Pasalnya, tanpa kekuasaan, Islam tak bisa ditegakkan. Sebaliknya, tanpa Islam, kekuasaan hanya akan membawa kehancuran. Demikian sebagaimana yang juga Imam al-Ghazali tegaskan:
الدِّيْنُ أَسَاسٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، وَمَا لَا أَسَاسَ لَهُ فَمَهْدُومٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَمُضَاعٌ
Agama adalah pondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan runtuh. Apa saja yang tidak punya penjaga akan rubuh (sirna) (Al-Ghazali, Al-Iqtishaad wa al-I’tiqaad, 1/76).
Kekuasaan dalam Islam, sebagaimana dinyatakan dalam banyak nash syariah, juga dijelaskan oleh para ulama mu’tabar, tidak lain adalah Khilafah. Inilah yang harus kita perjuangkan. Sebabnya, tanpa Khilafah, hukum-hukum al-Quran mustahil bisa ditegakkan. Itulah mengapa, kaum kafir dulu berusaha menghancurkan Khilafah. Tidak lain agar dengan itu mereka mudah menjauhkan kaum Muslim dari al-Quran. Akibatnya, al-Quran tinggal bacaan dan hapalan, sementara hukum-hukumnya dimaparkan dan ditinggalkan. Tak lagi dijadikan pedoman kehidupan. Akhirnya, kita terus berada dalam era kegelapan. Itulah yang terjadi sampai sekarang. Itulah pula yang kaum kafir inginkan.
Untuk itu, mari kita songsong kembali cahaya Islam. Mari kita tegakkan kembali kemuliaan kaum Muslim. Mari kita tegakkan kembali al-Quran. Mari kita tegakkan kembali institusi kekuasaan yang mampu menerapkan hukum-hukum al-Quran dalam sendi-sendi kehidupan. Itulah Khilafah Islam. Khilafah ar-Raasyidah ‘alaa minhaaj an-Nubuwwah. Hanya dengan itu umat ini bisa lepas dari belenggu kegelapan menuju cahaya Islam. Hanya dengan itu pula kita dapat mewujudkan kembali ‘izzah al-Islaam wa al-Muslimiin. Itulah yang diisyaratkan oleh Imam Malik ra.:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلَّا مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا
“TIdak akan pernah bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat saat ini kecuali apa yang telah terbukti mampu memperbaiki kondisi generasi awal mereka.” (At-Tirmidzi, Adhwa’ al-Bayan [Mukhtashar asy-Syamail Muhammadiyyah], 2/282).
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
Ma’aasyiral Muslimiin rahimakumullaah.
Terakhir, marilah kita berdoa, dengan penuh kerendahan hati dan kesungguhan jiwa. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk bagian dari para pejuang Islam, yang turut berkontribusi mengembalikan ‘izzul Islaam wal Muslimiin. Semoga Allah SWT menerima semua amal kita, mengampuni seluruh dosa kita, sekaligus memberi kita kekuatan untuk terus berjuang di jalan-Nya. Semoga pada hari yang penuh berkah ini, Allah SWT mengabulkan semua doa dan harapan kita.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِذُنُوْبِنَا، وَلِوَالِدِيْنَا، وَلِأَزْوَاجِنَا، وَلِمُسْلِمِيْنَا، وَلِمُسْلِمَاتِنَا، وَلِمُؤْمِنِيْنَا، وَلِمُؤْمِنَاتِنَا الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَاغْفِرْ لِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَذِكْرَنَا وَسُجُوْدَنَا، وَاجْعَلْنَا خَالِصًا لِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ، وَأَجِرْنَا مِنْ الْعَذَابِ، وَنَجِّنَا مِنَ النَّارِ، وَارْزُقْنَا بَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي فِلَسْطِيْنَ، وَفِي الْيَمَنِ، وَفِي بُورْمَا، وَفِي شِيْشَان، وَفِي الْهِنْدِ، وَفِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ عَوْنًا وَنَصِيْرًا، وَآتِهِمْ بِنَصْرِكَ وَجُنْدِكَ وَرِعَايَتِكَ، وَاخْذُلْ أَعْدَاءَهُمْ، وَاخْذُلْ أَعْدَاءَكَ، وَأَعْدَاءَ الدِّيْنِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ الْمُجْرِمِيْنَ الَّذِيْنَ خَذَلُوا وَقَاتَلُوا الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَزِلْ عَنَّا ظُلُمَاتِ الرَّأْسَمَالِيَّةِ وَالشِّيُوْعِيَّةِ، وَأَعِدْ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ مَجْدَهَا بِتَطْبِيْقِ شَرِيْعَتِكَ. اللَّهُمَّ أَعِدْ نُوْرَ الْإِسْلَامِ لِتَنِيْرَ الْعَالَمَ، وَاجْعَلْنَا مِنْ جُنْدِكَ الْمُخْلِصِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَهْلِكِ الظَّالِمِيْنَ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ دِيْنَكَ وَيُخَارِجُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اللَّهُمَّ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ بِجُنُوْدِكَ وَعِقَابِكَ الَّذِي لَا يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ مَكْرَهُمْ فِي نُحُوْرِهِمْ، وَأَرِنَا فِيْهِمْ يَوْمًا أَسْوَدَ كَمَا جَعَلْتَهُ فِيْ فِرْعَوْنَ وَقَارُوْنَ وَهَامَانَ.
اللَّهُمَّ عَجِّلْ بِقِيَامِ دَوْلَةِ الْخِلَافَةِ الرَّاشِدَةِ الثَّانِيَةِ عَلَى مِنهَاجِ النُّبُوَّةِ، الَّتِي تَحْكُمُ بِشَرِيْعَتِكَ، وَتَنْصُرُ أَوْلِيَاءَكَ، وَتُعِزُّ دِيْنَكَ وَعِبَادَكَ، فَتُحْكَمَ بِهَا الأَرْضُ وَتُضِيْءُ بِنُوْرِ الْإِسْلَامِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ جُنْدِهَا وَشُهَدَائِهَا.
اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ، وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Selesai