panjikendari.com – Anggota DPD RI, Dapil Sultra Periode 2019-2024, Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-39 yang diselenggarakan di Kendari pada Tanggal 2-5 November 2019.
Menurut Wa Ode Rabia, Hari Pangan Sedunia (HPS) kali ini jangan hanya dijadikan sebatas acara seremonial belaka, tetapi ini adalah kesempatan bagi Provinsi Sultra untuk memperkenalkan potensi yang ada terutama potensi pangan di Bumi Anoa.
“Daerah kita memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang potensial. Seperti komoditas cengkeh, jambu mente, cokelat, kopra dan masih banyak lagi yang lainnya. Apabila semua potensi yang dimiliki tersebut dikelola dengan baik maka, secara tidak langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sultra,” kata srikandi muda Sultra ini saat menghadiri acara HPS di Kendari, Sabtu 2 November 2019.
Lebih jauh Rabia menjelaskan, pertanian keluarga yang menopang sebagian besar kebutuhan pangan Indonesia berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan di Indonesia.
Apalagi Kementerian Pertanian pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode 2019-2024 tetap berfokus pada upaya mewujudkan ketahanan pangan. Dimana upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya salah satunya yaitu dengan pengembangan pertanian keluarga.
“Pertanian keluarga perlu diterapkan dan diperhatikan, karena memberi sumbangan terbesar bagi cadangan pangan yang dapat mengurangi kelaparan dan kemiskinan,” ujar Politikus muda Sultra ini.
Ketahanan Pangan Lima Daerah di Sultra Masih Rendah
Soal ketahanan pangan, Rabia menjelaskan ada beberapa daerah di Sultra yang ketahanan pangannya masih rendah. Berdasarkan data Bappenas, Hasil Analitik Tematik Ketahanan Pangan Sultra 2017, dilihat dari aspek kategori ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, keberlanjutan, dan stabilitas yaitu ada 5 kabupaten/kota yang kategori rendah, 6 kabupaten/kota kategori sedang dan sisanya ada 6 kabupaten/kota kategori tinggi.
“Masih ada 5 daerah di Sultra yang ketahanan pangannya rendah. Seperti di Busel, Buteng, Koltim, Konkep, dan Mubar. Ini disebabkan banyak faktor seperti jarak rata-rata desa ke pasar permanen/ semi permanen terdekat terlalu jauh, rendahnya kepadatan jalan, rendahnya produksi perikanan tangkap, rendahnya produktivitas padi; kacang hijau; kedelai, rendahnya presentase luas lahan sawah dan lainnya,” tutur Rabia.
Wanita berhijab ini mengatakan masalah rendahnya ketahanan pangan pasti ada solusinya, tidak mungkin tidak. “Bisa dengan cara sosialisasi kepada petani agar petani tahu bagaimana cara menghasilkan hasil panen yang berkualitas. Kemudian, pengadaan alat pertanian moderen, pembangunan dan pemeliharaan akses jalan, serta pengelolaan BUMD atau BUMDes yang baik sehingga jelas pasar bagi petani,” kata Rabia.
Rabia menambahkan, persoalan rendahnya ketahanan pangan tersebut menjadi fokus bersama yaitu Pemprov, Pemda, DPRD Kab/Kota, DPRD Provinsi dan juga petani. “Perlu juga berkoordinasi dengan pemerintah pusat karena anggaran itu dikucurkan dari pusat,” ucap Rabia.
Dia mengatakan, sebagai anggota DPD RI di Komite II yang membidangi Pertanian, maka soal pertanian dan ketahanan pangan ini akan tetap harus diperjuangkan namun tetap membutuhkan kerjasama dengan semua stakeholder.
“Apabila ada hal yang menyangkut dengan pertanian dan yang lainnya, silahkan sampaikan kepada saya, saya akan menyerap aspirasi dari masyarakat dan akan menindaklanjuti sesuai dengan tugas pokok (Tupoksi) saya dan regulasi yang berlaku di lingkup DPD RI,” kata Rabia.
Srikandi muda Sultra ini menyampaikan terima kasih kepada Bapak Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian yang sudah memberikan bantuan kepada Sulawesi Tenggara berupa asuransi bagi petani, bibit kakao, 1 unit rumah prosesing dan peralatan pengolah kakao, penyerahan benih bua-buahan dan sayur-sayuran.
“Semoga fasilitas yang diberikan oleh Bapak Mentan dapat dipergunakan oleh petani di Sultra guna menghalikan hasil panen berkualitas, banyak, sehat dan bergizi serta dapat mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia,” harap Rabia.
Terakhir, Rabia berharap di momen HPS ini jangan hanya memperkenalkan potensi pangan melainkan sekaligus memperkenalkan potensi pariwisata yang ada.
“Daerah ini memiliki beberapa objek wisata yang bagus, tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat menjaga serta mendesign secantik mungkin objek wisata tersebut supaya terlihat bagus agar menarik wisatawan untuk berkunjung,” tutup Rabia. (jie)