panjikendari.com – Anggota DPR RI, Tina Nur Alam menyatakan keinginan bergabung di Komisi VI dalam formasi alat kelengkapan dewan yang segera dibentuk.
Kecintaan terhadap tenun lokal Sultra menjadi alasan istri gubernur Sultra dua periode itu berharap bisa masuk di Komisi VI.
Lewat komisi ini, Tina Nur Alam berharap bisa mendorong kemajuan industri tenun dan berbagai produk kerajinan lokal Sultra, provinsi yang menjadi daerah pemilihannya.
“Harapannya bisa di Komisi VI. Komisi ini sinkron dengan komitmen saya memajukan industri tenun dan kerajinan lokal Sultra. Dari dulu saya sangat cinta dengan tenun Sultra. Kita mendorong kolaborasi dengan kementerian dan para pengrajin di daerah agar tenun lokal kita bisa terus eksis. Tenun Sultra sudah dikenal sampai luar negeri, memberi dampak signifikan terhadap ekonomi daerah dan menjadi identitas kebanggaan Sultra ,” ujar Tina Nur Alam.
Komisi VI DPR RI fokus menangani bidang industri, investasi, dan persaingan usaha dengan mitra kerja antara lain Kementerian Perindustrian, Perdagangan, UMKM, BUMN, BKPM, KPPU, BSM (Badan Standarisasi Nasional), Badan Pengusahaan Kawasan Persgaanhan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam serta Sabang, BPKN dan Dewan Koperasi Indonesia.
“Sangat sinkron dengan komitmen saya untuk mendorong kemajuan industri tenun lokal Sultra. Di Komisi VI kita bisa menjembatani banyak program untuk pengembangan industri kreatif juga di Sultra. Industri tenun lokal kita tidak boleh tenggelam dan kalah saing dengan produk tenun daerah lain. Apalagi tenun Sultra sudah banyak dikenal luas. Anak-anak muda sekarang juga bangga pakai tenun lokal” ucap Tina.
Kecintaan Tina Nur Alam terhadap tenun lokal ditunjukkan jauh sebelum dirinya duduk sebagai Anggota DPR RI Dapil Sultra.
Saat menjabat Ketua Tim PKK Sultra, Tina Nur Alam sukses mempromosikan kain tenun Sultra hingga ke level nasional.
Ia menggandeng sejumlah desainer ternama yang tergabung dalam Cita Tenun Indonesia untuk menciptakan kolaborasi desain dan motif tenun agar terlihat lebih moderen dan menarik kecintaan kaum milenial menggunakan produk tenun daerah.
Termasuk melatih penenun lokal sehingga bisa menciptakan kain tenun berkulitas dan memiliki nilai jual kompetitif di pasaran.
“Pakem yang ada tetap dipertahankan. Karena tenun bukan hanya sekedar kain. Tapi memiliki makna filosofis mendalam dan nilai sejarah yang mesti dijaga. Bagian dari kearifan lokal. Orang ke Sultra tidak hanya mau membeli tenun tapi mau melihat proses dan mengetahui serta belajar sejarah tenun kita,” urai Anggota DPR RI dua periode itu.
Pengembangan tenun lokal Sultra, lanjut Tina, juga memiliki multiplier effects (efek ganda) bagi daerah. Tenun bisa menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Sultra sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
“Di Masalili dulu ada penenun ibu Wa Opa. Kini tenunnya banyak dikenal luas. Ekonomi semakin membaik seiring banyaknya pemesan dan nilai jual yang tinggi. Dulu juga bekerjasama dengan BUMN mensuport pembangunan rumah tenun di Sultra,” ungkap Tina Nur Alam. (Iis/jie)