panjikendari.com – Ketua DPD Golkar Sultra, Ridwan Bae mengungkap kecilnya peluang Rusman Emba mendapat pintu partai berlambang pohon beringin pada suksesi Pilkada Muna tahun 2020 mendatang.
Ada banyak hal menjadi alasan figur petahana itu urung mendapat dukungan dari Partai Golkar. Salah satu dibeber Ridwan Bae adalah adanya komitmen lama yang tak kunjung ditepati oleh mantan Ketua DPRD Sultra tersebut hingga akhir masa jabatan sebagai Bupati Muna periode 2015-2020.
Ridwan sendiri tak merinci jelas apa sejatinya komitmen yang dilanggar oleh Rusman. Namun hal itu erat kaitan dengan suksesi Pilbub Muna lalu yang dimenangi Rusman Emba lewat support Ridwan Bae secara pribadi.
Anggota DPR RI dua periode tersebut bercerita kala itu secara kelembagaan Golkar memang tak mengusung duet Rusman Emba-Malik Ditu dalam daftar nominasi Cabup/Cawabup partai Golkar di Kabupaten Muna
Namun, secara pribadi Ridwan Bae mengklaim pasang badan demi memuluskan langkah Rusman Emba menuju kursi 01 Muna.
Dukungan tersebut bukan tanpa deal-deal. Sayang, komitmen dijanjikan Rusman ke dirinya tak dipenuhi. Ridwan pun kecewa.
“Rusman Emba itu takut ketemu saya. Karena ada yang belum dia selesaikan,” kata Ridwan, saat diwawancarai Senin 14 Oktober 2019, di Gedung DPR RI.
Dari dua atau tiga figur diprediksi meramaikan bursa Cabup Muna, hanya LM Rajiun Tumada dan Syarifuddin diakui Ridwan justru kini rutin membangun komunikasi intens.
“Yang rajin komunikasi malah Rajiun dan Syarifuddin. Rusman sampai sekarang tidak mau ketemu. Karena ada yang belum dia selesaikan sampai sekarang,” imbuhnya.
Selain soal komitmen, track record Rusman selama menjabat Bupati Muna dianggap tak memberi andil positif bagi Partai Golkar.
Rusman bahkan gagal mengantarkan partai pengusungnya, PDIP sebagai jawara di Pileg Muna.
“Muna yang menonjol 3 calon; Rajiun, Rusman, dan Syarifuddin. Tiganya masih keluarga. Rusman tidak menguntungkan. Buktinya Hanura menang 5 kursi. PDIP, partainya malah tidak diuntungkan,” ucap Ridwan.
Menghadapi Pilkada serentak tujuh kabupaten di Sultra, elektabilitas disebut Ridwan tidak lagi menjadi tolak ukur utama penentuan kandidat diusung Partai Golkar.
“Elektabilitas itu kesekian. Dia mesti menguntungkan untuk partai. Untuk apa elektabilitas tinggi kalau tidak menguntungkan bagi partai. Kita liat juga proses politik lalu. Selama Pileg, Pilpres kemarin apakah tidak menggangu Golkar atau bagaimana. Yang jelas Golkar masih memantau untuk Pilbup di Muna dan beberapa Pilkada lain di Sultra,” tutup Ridwan. (Iis/fya)