panjikendari.com – Tim dosen bersama mahasiswa magister program studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari mengembangkan Bioteknologi Kompos Plus (BKP) pada budidaya kacang tanah lokal, di Desa Baito, Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kegiatan penelitian yang didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui skema hibah PPS-Tesis Magister tahun 2019.
Fokus kegiatannya adalah aplikasi BKP yang bahan bakunya memanfaatkan kotoran hewan ternak dan vegetasi sekunder, pada budidaya beberapa ekotipe kacang tanah lokal Kabupaten Muna yang dikembangkan di daerah Konawe Selatan, Sultra.
Adapun tim yang terlibat dalam kegiatan ini adalah dosen Fakultas Pertanian UHO Kendari; Dr. Nini Mila Rahni, S.P., M.P. sebagai ketua tim dan Dr. Gusnawaty, HS., S.P., M.P. sebagai anggota. Melibatkan mahasiswa Pascasarjana; Suyati Yahya, S.P., Rahma Ekha Irawaty, S.P. serta mahasiswa S1; Resti Yuliati dan Novita Anggraini.
Ketua tim, Nini Mila Rahni, menjelaskan, Bioteknologi Kompos Plus yang diterapkan dalam penelitian ini diciptakan atau dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak kambing dan daun tanaman gamal.
“Kenapa harus kotoran ternak kambing? Karena masyarakat sekitar lokasi penelitian mayoritas beternak kambing. Jadi, kotoran kambing ternak masyarakat dijadikan sebagai salah satu pembuatan bahan organik BKP. Plus-nya menggunakan agens hayati,” terangnya.

Sementara itu, lanjut Nini, tanaman yang dibudidayakan adalah kacang tanah lokal Kabupaten Muna, dengan memanfaatkan lahan sub optimal yang memiliki tingkat kesuburan tanah rendah, di Konawe Selatan.
Menurutnya, usaha peningkatan produktivitas lahan sub optimal dengan Bioteknologi Kompos Plus (BKP) merupakan teknologi pemupukan yang ramah lingkungan, tepat guna, efektif, efisien, ekonomis dan merupakan pilihan tepat untuk mendukung pertumbuhan dan produksi kacang tanah secara berkelanjutan sekaligus mengatasi permasalahan pada lahan sub optimal.
Kata dia, penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun dalam tiga tahap. Tahap pertama; pembuatan dan analisis kandungan hara BKP dan koleksi beberapa ekotipe kacang tanah lokal dengan metode eksplorasi.
Pada tahap kedua dilakukan uji respons beberapa ekotipe kacang tanah lokal terhadap aplikasi BKP pada lahan sub optimal. Pada tahap ketiga akan dilakukan introduksi dan invensi untuk mempercepat adopsi kepada petani dengan bekerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Kabupaten Konawe Selatan.
Mengenai respons beberapa ekotipe kacang tanah lokal terhadap aplikasi BKP pada lahan sub optimal tersebut, Nini menyampaikan bahwa hasilnya terbilang lebih bagus, baik dari segi pertumbuhan, komponen hasil, maupun produksinya.

Dari hasil penelitian yang ditunjukkan, kata Nini, aplikasi Bioteknologi Kompos Plus ini sangat baik digunakan masyarakat petani, terutama dalam budidaya tanaman kacang tanah.
Pasalnya, penerapan BKP meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara umum.
“Apalagi Bioteknologi Kompos Plus ini berbahan organik tanpa bahan kimia, dan ramah lingkungan,” tutup Nini. (jie)