Panjikendari.com – Belum lama ini Sulawesi Tenggara bahkan secara nasional heboh tentang rencana kedatangan 500 TKA China yang akan bekerja di sebuah perusahaan nikel di Morosi, Konawe, Sultra.
Hal itu sontak memancing reaksi para pejabat dan elemen masyarakat di Sultra. Suara penolakan atas kedatangan 500 TKA tersebut sempat “menggema”.
Pasalnya, kedatangan mereka bertepatan dengan pandemi virus Corona atau Covid-19 yang membatasi ruang gerak masyarakat untuk mencegah penyebaran virus tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan, pihak perusahaan, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) masih meminta izin para TKA bekerja di Indonesia.
Luhut menyebut, kedua perusahaan tersebut akan membangun pabrik HPAL (High Pressure Acid Leaching) untuk membangun industri baterai lithium, dimana nikel merupakan bahan baku produk tersebut.
“Dia itu menyelesaikan HPAL untuk persiapan industri lithium baterai,” ujar Luhut dalam acara Bincang Khusus bersama RRI, Minggu, 10 Mei 2020, seperti dikutip melalui iNews.id.
Pensiunan Jenderal TNI AD ini menjelaskan, para TKA itu merupakan pekerja yang memiliki skill untuk memasang alat produksi yang akan digunakan. Pasalnya, Indonesia saat ini tidak memiliki teknologi yang mumpuni untuk membangun industri tersebut.
“Kita kerjakanlah ini, nanti tenaga asing yang mengerjakan dan setelah itu bersamaan tenaga kerja Indonesia masuk, teknologi kan dari dia, kita nggak bisa dong ngerjain semua, tetap ada asing,” kata dia.
Pada saatnya, para TKA itu akan dipulangkan ke negara asalnya. Adapun para pekerja nantinya diisi oleh anak-anak bangsa atau sekitar 90 persen setelah menempuh pendidikan politeknik terlebih dahulu.
“Nanti yang kerja sebagian 90 persen orang Indonesia, masih banyak orang daerah yang belum mumpuni karena pendidikan SMA kurang bagus, makanya dalam tiga tahun ini mulai diperbaiki supaya masuk politeknik, untuk bikin lapangan kerja perlu orang dulu bikin induknya, setelah itu kita yang kerjakan (operasikan) semua,” ucapnya.
Luhut menuturkan, pada 2023 Indonesia akan memasuki global supply chain untuk pasar baterai lithium. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan jembatan yang dimulai dari saat ini.
Senada dengan Menteri Luhut, External Affairs Manager PT VDNI dan PT OSS, Indrayanto, Sabtu, 9 Mei 2020, mengatakan, 500 TKA asal Tiongkok itu merupakan tenaga teknis dan bekerja secara temporer secara bergantian dan bukan untuk waktu yang lama. Mereka adalah tenaga ahli untuk memasang alat pada tungku smelter, untuk produksi dan mempertahankan operasional di lapangan. Saat ini sebagian pembangunan terpaksa diberhentikan sementara karena kurangnya tenaga ahli.
“Jadi, 500 TKA itu adalah sebagian besar karyawan (dari pihak) kontraktor yang mempunyai skill untuk memasang alat produksi. Setelah mereka melakukan pemasangan, mereka akan kembali lagi ke Tiongkok. Paling lama itu tiga bulan, maksimal enam bulan, tenaga ahli itu paling lama bekerja 6 bulan, jika bisa lebih cepat lagi misal 3 bulan selesai, mereka langsung pulang,” kata Indrayanto.
Namun, kata dia, dengan pertimbangan terbitnya Permenhub Nomor 25 tahun 2020 serta permintaan dari instansi terkait untuk menunda rencana tersebut, maka pada tanggal 24 April 2020, perusahaan memutuskan untuk menunda kedatangan TKA tersebut.
Berdasarkan informasi dan data yang dihimpun, khusus untuk bekerja di 33 tungku itu, VDNI dan OSS membutuhkan kurang lebih 3.000 hingga 4.000 karyawan lokal untuk bekerja sebagai tenaga operator, administrasi dan lainya, sesuai dengan skill yang diminta oleh perusahaan.
Hingga saat ini, VDNI dan OSS tercatat telah mempekerjakan sekitar 11.000 karyawan lokal. Untuk yang bekerja di luar VDNI dan OSS seperti kontraktor, suplier, tenaga kerja di pelabuhan, ada sekitar 20 ribu orang.
“Dengan tidak terinstalnya alat yang ada di 33 tungku itu, telah berdampak pada karyawan lokal yang telah direkrut sebelumnya. Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK. Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi,” jelasnya.
Selain pada bidang ketenagakerjaan, PT VDNI dan PT OSS juga juga berkomitmen pada peningkatan hasil pengolahan bahan baku yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa yang dihasilkan bagi negara Indonesia.
“Pengolahan bahan baku di pabrik juga akan menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia, menaikan devisa, pendapatan pajak negara dan nilai ekspor Indonesia. Itulah mengapa kami berharap TKA itu bisa diberikan (izin) masuk. Secara aturan juga sudah terpenuhi, untuk karantina (kesehatan) empat belas hari, maupun syarat-syarat lain sesuai dengan protokol Covid-19 akan kita penuhi karena memang TKA ini sangat kami butuhkan pada saat ini,” ujarnya. (iNews/jie)