Panjikendari.com – Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Internal, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari bekerja sama dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ihsan Baron Kendari mengembangkan alat pengolahan sampah padat organik dengan metode penguapan.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dosen UHO Kendari, meliputi; Rahmanpiu, S.Pd., M.Si. sebagai ketua tim, yang beranggotakan masing-masing; Dr. Fahyuddin, S.Pd., M.Si., Maysara, S.Pd., M.Pd., Fatahu, S.Pd., M.Sc., dan Nada Shofa, S.Pd., M.Pd., bertempat di Ponpes Al Ihsan Baron Kendari, Jl. Subsidi II, Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.
Rahmanpiu selaku ketua tim, menjelaskan, pelaksanaan kegiatan ini terinspirasi dari ide bagaimana mengolah sampah di lahan yang sempit dengan menggunakan alat sederhana atau teknologi tepat guna.
Ia menyampaikan, dengan semakin meningkatnya volume sampah seiring bertambahnya jumlah penduduk di Kota Kendari maka diperlukan sebuah teknologi tepat guna pengolahan sampah ramah lingkungan, yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.Teknik pengolahan sampah padat organik yang dikembangkan tersebut terbuat dari drum bekas, bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar bisa mengolah sampahnya sendiri. “Untuk sampah organik, hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Sedangkan sampah anorganik bisa diolah menjadi minyak bumi, seperti; minyak tanah, bensin, dan solar,” katanya.
Menurut Rahmanpiu, ada dua macam alat yang digunakan dalam pengolahan sampah pada program ini, yakni, untuk pengolahan sampah organik dan untuk sampah anorganik.
Dengan alat tersebut, setiap rumah tangga atau kelompok masyarakat dapat mengolah sampahnya sendiri dengan sistem pembakaran tidak langsung atau sistem oven.
Sampah organik yang dibakar pada suhu 200-300 derajat celcius akan menjadi arang yang dapat digunakan sebagai media tanam. Dan arang tersebut bisa juga diolah kembali dengan menggunakan mesin pencacah untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.
Selama proses pembakaran pada suhu yang tinggi akan dihasilkan uap air dan bahan organik yang berbentuk asap cair. “Asap cairnya bisa dimanfaatkan untuk antiseptik, atau antimikroba. Jadi kalau misalnya ada got yang berbau, itu bisa langsung disiram dengan asap cair tadi,” terang Rahmanpiu.
Selain untuk pengolahan sampah organik, ada juga alat untuk pengolahan sampah an-organik dalam hal ini sampah plastik dan karet.
“Sampah anorganik kalau dibakar pada suhu 300 sampai 900 derajat dengan menggunakan alat ini, itu dia akan terurau sampah plastik itu menjadi gas, dan ada juga dalam bentuk cairan. Dalam bahasa kimia disebut dengan naftah. Naftah itu adalah minyak bumi.”
“Karena ada gas yang dihasilkan dan gas itu sangat berbahaya bagi lingkungan, kita siapkan keran untuk mengeluarkan gas dan langsung dibakar. Namanya gas metan, itu sangat berbahaya bagi lingkungan kalau dibiarkan,” terang Rahman.
Kemudian cairannya kalau dipisahkan dengan suhu fraksinasi akan menghasilkan setara bensin, setara minyak tanah, dan setara solar. “Dan itu bisa langsung dipakai untuk mesin, mesin potong rumput misalnya, dan lain-lain,” ujarnya.
Pada prinsipnya, kata Rahmanpiu, program PKM ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat agar mereka mau mengolah sendiri sampahnya.
“Karena Baron ini menjadi mitra pertama kami dari UHO, kedepan, melalui Baron Peduli Dhuafa akan kita kembangkan lebih besar lagi kepada masyarakat melalui sosialisasi setelah menguji efektivitas dan efisiensinya.”
Rahman mengatakan, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada Pemda siap membantu mengedukasi masyarakat agar alat-alat ini tidak hanya di Ponpes Baron Kendari tetapi di masyarakat juga, melalui pelatihan di setiap kelurahan.
“Kedepan, tidak menutup kemungkinan, ini akan menjadi UMKM. Jadi, slogan ‘membuang sampah pada tempatnya,’ bisa berubah menjadi ‘mengelola sampah mendatangkan uang,” tutupnya.
Sementera itu, pihak Ponpes Baron Kendari melalui salah seorang pengurusnya, Lamimin, menyampaikan terima kasih kepada tim PKM Internal FKIP UHO Kendari yang telah memilih Ponpes Baron Kendari sebagai mitra pengolahan sampah berbasis teknolgi tepat guna.
“Hal ini sejalan dengan program Ponpes Baron Kendari, yakni, program Baron Peduli Dhuafa,” kata Lamimin.
Program Baron Peduli Dhuafa, kata dia, bertujuan untuk membantu biaya pendidikan bagi santri dari keluarga kurang mampu atau kaum dhuafa. “Jika saat ini kita belum bisa berikan pendidikan gratis kepada santri dari kaum dhuafa, paling tidak dengan program pembuatan pupuk kompos dari sampah ini, In Syaa Allah kedepan bisa membantu,” katanya.
Selain pengolahan sampah tersebut, lanjut Lamimin, Ponpes Baron Kendari juga punya kegiatan lain bernlai ekonomi yang diharapkan dapat membantu meringangkan biaya pendidikan para santri dari kaum dhuafa.
“Misalnya, Ponpes Baron Kendari punya lahan yang dimanfaatkan untuk sektor perkebunan dan peternakan, ada juga kolam untuk pemeliharaan ikan lele. Semua itu dikelola oleh pihak Baron dengan melibatkan para santri,” katanya. (audi)